Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis hal blog ini

Friday, May 31, 2013

Kenapa Kurikulum 2013 Ditentang ? Bisnis Milyaran di balik Buku LKS dan Kurikulum 2006

Oleh 
Nasbahry Couto

1. Masalah Kurikulum 2013 dan LKS lama (Kurikulum 2006)

Penulis terheran-heran saat banyak orang terutama yang sudah mapan di pendidikan, menentang kurikulum 2013, pada hal banyak orang orang pintar sekaliber Rhenald Khasali 1) tidak segan-segan untuk mengutarakan bahwa kurikulum 2006 itu memberatkan siswa dan tidak kreatif, menurut Khasali kurikulum 2013 itu lebih baik dari kurikulum lama. Baca juga tulisan Sudarsyahasep tentang “Kurikulum2013: Untuk Orang Tua 



Dari diskusi di TV dan media massa, terlihat bahwa kurikulum 2006 dan sebelumnya yang berbasis kompetensi telah menjadi mapan, bukan saja karena dibuat berdasarkan kompetensi yang diharapkan mereka dan juga rencana Pembelajaran yang dibuat Guru (katanya), tetapi karena seolah-olah banyak yang bersikukuh untuk mempertahankannya, tentu akan menimbulkan pertanyaan ada apa ? Sebetulnya apa yang ada dibalik semua ini ? 

Belajar dari kasus amburadulnya UN (2013)  (lihat dan klik tulisan ini  dan juga tulisan ini) penulis kemudian melihat titik terang,  rupanya ada bisnis besar di balik kurikulum 2006 (lama), misalnya pemakaian buku LKS di sekolah-sekolah, tidak akan terpakai lagi dengan kurikulum baru ini. Logis jika orang-orang yang terlibat dengan bisnis ini tentu secara tidak langsung akan memprotes kurikulum baru 2013, dan menteri pendidikan pun bisa menjadi bulan-bulanan, dan hal yang sama kita lihat pada kasus UN (Ujian nasional) seakan-akan apa yang direncanakan menteri pendidikan tidak baik dan tergesa-gesa. Kenapa terdapat bisnis besar di dalam kurikulum lama? Perhitungannya dapat dilihat pada uraian berikut ini.

Sebagai gambaran kasar saja jumlah murid SD di sumbar data 2009/2010 adalah : 685,821 orang, nilai proyek pengadaan buku LKS untuk anak SD tahun 2009/2010 untuk satu semester adalah 685,821 x 9000 x13 = 80.241.057.000 (delapan puluh milyar duaratus empat puluh satu juta, lima puluh tujuh ribu rupiah), jika dua semester =160.482.114.000 belum lagi untuk anak SMP dan SMA, diperkirakan bisnis LKS ini bernilai 240 milyar), jika keuntungan dari bisnis ini 30-40 % siapa yang diperkaya sebanyak 96 milyar setiap tahunnya (dua semester) ? Dan siapa saja yang dapat rezeki ini? Dan bagaimana pula di propinsi-propinsi lain di Indonesia, tentu angka ini akan lebih besar.

Untuk sekedar hitung-hitungan, jika ada yang memonopoli LKS pelajaran "Bahasa Indonesia" saja untuk satu semester di Sumatera Barat dengan 685,821 siswa SD, dan harga buku 9000 rupiah, maka bisnis ini satu semester adalah = Rp.6.172.389.000,- untuk satu tahun 12.344.778.000,-. Maka tidak heran jika ingin survive dalam bisnis harus masuk ke bidang percetakan (yang lain adalah pertambangan, perkebunan dsb), dan ini memang dilakukan oleh salah satu pelaku bisnis di Sumbar seperti Basko (Basrizal Koto) yang juga bergerak dibidang percetakan. Di PT juga ada penerbit/percetakan, walaupun dalam skala lebih kecil. Pelaku penerbit dan percetakan di PT, juga bisa dapat keuntungan pribadi dari milik negara dan atau atas kegiatan percetakan untuk kepentingan universitas.

Dari pengalaman selama ini (penulis juga punya anak yang di SMP dan SD), buku ini bukan gratis, dan harus dibeli, dan juga sekali pakai (habis buang) kelihatannya murah tetapi jika dihitung volumenya cukup besar. Seiring dengan ini dapat terungkaplah beberapa hal yang selama ini tersembunyi. Ada pandangan sementara bahwa murid lebih akrab dengan teknologi terbaru, misalnya dalam hal mengakses internet, ketimbang gurunya. Guru-guru itu (SD, SMP dan SMA) di Indonesia itu gatek kata mereka (gagap teknologi) dan  muridnya lebih canggih (hasil wawancara dengan murid SBI –SMP dan SMA di  Padang, dan juga dengan murid SD di Padang oleh penulis).2)

Kekurangan guru-guru ini kemudian ditutupi dan dikompensasi dengan adanya Rencana Pembelajaran yang disusun oleh guru yang disebut sebagai LKS (Lembaran Kerja Siwa). Dengan adanya LKS maka akan mengalihkan ketertinggalan guru ini, dan dalam penerapannya banyak yang terfokus hanya ke buku LKS (Walaupun sekolah bertaraf SBI- sekalipun). Disimpulkan bahwa buku LKS menjadi penting karena banyak guru yang tidak berkualitas  terbantu dan bukan hanya guru saja yang membutuhkan buku ini, sebab  buku ini telah menjadi ajang bisnis bagi penerbit/percetakan dan yang mengambil keuntungan dari kegiatan ini. Dengan adanya kurikulum baru maka jelas akan mematikan bisnis ini, apalagi jika ada stok lama yang belum terjual, percetakan akan rugi.


Catatan:

1) Lihat: kurikulum berpikir Rhenald khasali

2) Kenapa banyak guru ketinggalan zaman di Indonesia?, Tuduhan ini tidak perlu hanya kepada guru-guru tua yang sudah mengabdikan dirinya dan akan pensiun, dan kasihan juga...sebab banyak guru sudah menjadi korban keadaan. Tetapi guru muda tidak dijamin dapat sertamerta juga berkualitas. Siapa yang salah? Jika ingin jujur sebenarnya maka kualitas pendidikan harus dibandingkannya dengan pendidikan di luar negeri (termasuk apa yang harus dikuasai guru). Sertifikasi guru di Indonesia penerapannya mungkin banyak mengandung unsur polititik saja, sebab tidak serta merta dapat mencerdaskan dan memakmurkan guru. Sebenarnya kalau mau jujur, lebih baik sistem rekruitmen guru yang dilakukan di mancanegara melalui kursus, sebab disana guru bukan disertifikasi (iming-iming gaji bikin frustasi), tetapi dikursuskan), makin banyak kursus (keahlian yang dimiliki) seorang guru, makin besar gajinya. (ini)


Lembaga Kursus juga tidak main-main, sebab hanya orang yang berkualifikasi keahlian tertentu yang boleh mengajar disana (yang levelnya setara secara internasional). Sedangkan di Indonesia sebaliknya, yang mengajar di lembaga sertifikasi guru tidak terbuka dan diragukan kualifikasinya, umumnya  instruktur dan penilai adalah  yang dekat dengan penentu sertifikasi itu. Menurut hemat penulis salah satu kelemahan sertifikasi guru karena 100% diserahkan ke lembaga penghasil guru. Sebaiknya ke lembaga independen, misalnya UNM Medan Penghasil guru, maka penilai guru tidak boleh lembaga UNM, tetapi lembaga lain, namun jika diperlukan orang UNM Medan juga duduk disana. Sama halnya dengan lembaga KPK (yang independen, ada juga polisi dan ahli hukum yang duduk disana di samping orang KPK lainnya, maka keberhasilannya akan lebih besar)

Sebagai catatan khusus mengenai UPI (yang dulu IKIP Bandung) sangat penulis kenal berbeda dengan IKIP-IKIP yang lain, terutama dalam menyusun kurikulumnya yang berorientasi ke dasar ilmu pengetahuan murni, boleh dikata UPI yang saya kenal kurikulumnya adalah kurikulum universitas plus (ilmu + kependidikan), dulu dosen-dosennya banyak yang dari ITB dan Unpad, dan orang profesional sehingga lulusannya banyak yang bekerja di nonkependidikan, misalnya lulusan Pendidikan Arsitektur, bekerja di proyek. Jurusan seni rupa banyak dosen-dosenya seniman terkenal di Indonesia, seperti pak Wiyoso Yudosaputro, Barli, Popo Iskandar dan lainnya. Kalaulah IKIP-IKIP lainnya setara dengan IKIP Bandung, saya jamin pendidikan di Indonesia itu naik peringkatnya di dunia pendidikan. IKIP-IKIP lain saya lihat sangat parah karena hanya mempelajari silabus yang disusun oleh orang pusat yang sangat umum dan tidak spesifik berorientasi kepada penguasaan ilmu yang akan ditularkan ke peserta didik. Jika hanya berorientasi kepada silabus, logis jika banyak guru kehilangan keseimbangan, karena harus mempelajari lagi silabus baru (2013). Hanya satu saran penulis, disamping menguasai ilmu kependidikan ilmu yang akan diajarkan kepada murid juga harus dikuasai oleh guru, saratnya tentu adalah guru yang cerdas dan rajin membaca. Kurikulum apapun yang muncul tidak ada masalah, sebab itu hanyalah semacam pedoman umum. Sedangkan ilmu itu sendiri tidak akan pernah berubah secara drastis. Memang ada ilmu pengetahuan yang sangat cepat perubahannya seperti TI (teknologi informasi/komputerisasi), jika ada yang berminat menyediakan gurunya itu adalah pekerjaan mubazir, misalnya sekolah komputer. Gurunya mengajarkan ilmu lama. Sedangkan untuk mengejar ilmu komputer baru diserahkan ke muridnya sendiri. Akhirnya jurusan TI di FPTK terpaksa ditutup (2013).


3) Banyak yang tidak menyadari bahwa Silabus dan RPP,TIU, TIK , yang diunggulkan dalam kurikulum 2006 dan 1984, adalah pengembangan "sistem Instruksional" hasil penelitian militer Amerika tahun 60-70-an yang diaplikasikan ke bidang pendidikan. Konsep ini sudah ketinggalan jaman, ketimbang pengembangan berpikir kreatif, berpikir verbal dan visual. Jikapun akan dipakai hanya cocok di tingkat advance, orang dewasa (militer misalnya) bukan untuk anak-anak. Banyak pula suara yang mengatakan hanya tamatan IKIP (lama) yang boleh jadi guru, ini juga menjadi polemik. Ada dua tulisan penulis yang relevan dengan topik ini, untuk sistem instruksional dan konsep lihat di sini untuk keprofesian lihat disini. Tentang pengembangan berpikir visual dan verbal lihat tulisan-tulisan penulis di nasbahry gallery. Penulis melihat pendidikan profesi yang tidak lentur dan berpikir secara mental blog (berpikir dan dibloking melalui ajaran-ajaran/ideologi tertentu), tidak melihat ada kebenaran lain diluar ajaran/ideologinya. 



Kembali ke pembicaraan tentang LKS, maka buku Pustaka Sekolah (dari sumbangan dana BOS) jarang terpakai yang dipakai hanya buku LKS (hasil wawancara dengan murid RSBI –SMP di  Padang, dan murid SD di Padang), akibatnya ratusan judul materi ajar yang dibuat oleh Diknas dan yang di lempar ke internet, terbuang percuma, tidak dilihat, apalagi untuk dipelajari oleh guru dan oleh murid. Buku sumbangan BOS dari dana pemerintah menjadi sisa-sia saja, karena ada buku LKS.
Dengan adanya kurikulum 2013 yang berbasiskan kecerdasan/kreatifitas  murid, maka banyak lahan bisnis di dunia pendidikan yang selama ini yang sudah mapan akan  hilang, dasarnya orang bisnis tentu akan rugi jika semuanya mulai dari awal lagi dengan adanya kurikulum 2013 maka logis banyak orang yang menentang kurikulum baru 2013.

Uraian tentang LKS lihat uraian di bawah ini.
Tabel 1. Kelebihan Dan Kekurangan Penggunaan Lembar Kerja Siswa Sebagai Sarana Bahan Ajar


Kelebihan
Kekurangan
 Penulis   
 buku LKS
Sumber LKS adalah berdasarkan Pembentukan  Tim MGMP yang didalamnya merupakan gabungan dari guru-guru dari Kabupaten/ kota yang ditunjuk dinas dan mewakili (bisa jadi pemrakarsanya  adalah kepala dinas Kab./Kota)
Penulisnya terdaftar memang banyak, tetapi itu hanya untuk naik pangkat guru, sebab penulisnya biasanya ditunjuk dari dari penerbit, atau dari dinas pendidikan kota/kabupaten, penulisnya tidak banyak, orangnya itu-tu saja dan ini jadi buku proyek, yang untuk hanya beberapa orang, termasuk percetakan
Kualitas Materi buku
Materi yang tertera dalam  TIK dan TIKU disingkat , disederhanakan
Materi tereduksi karena disesuaikan dengan kriteria siswa, tingkat pemahaman siswa dalam sekolah, umumnya isi LKS itu banyak yang tidak bermutu, salah cetak, karena dibuat oleh orang yang tidak profesional dalam pembuatan buku
sda

isi yang singkat membuat siswa kurang mampu memahami materi pembelajaran secara  keseluruhan dan secara utuh, karena siswa sebagai pengguna lembar kerja tersebut merasa cukup dengan bahan ajar tersebut.
Kualiatas fisik buku
Ringkas
Tidak berkualitas, sekali buang, sekali pakai
Fungsi buku
Meringankan tugas guru, sebab guru tinggal  menjelaskan pemakaian buku di sekolah dan cara mengerjakan tugas-tugas yang tertera dalam buku
Kecendrungan pemakaian buku  belajar mandiri di rumah oleh murid
sda

Buku teks yang mahal itu hanya dianggap sebagai bahan ajar pendamping
Bagi guru
isi materi yang singkat membuat guru mampu membagi waktu pembelajaran dan untuk mencapai tujuan pembelajaran pada saat kegiatan pembelajaran tidak kondusif
Kecendrungan guru menjadi malas yang artinya guru mata pelajaran tidak dapat memberikan pembelajaran dikarenakan tugas lain
sda

LKS membuat guru malas tidak berpikir lagi untuk memahami buku teks, lagi pula buku teks yang baik itu mahal
Harga
Harga yang murah
Hanya sekali pakai , membuang-buang kertas
Tujuan dan sasaran buku

Dapat menyimpang dan keluar dari sasaran pembelajaran. Ingat kasus LKS yang berisi ajaran agar murid memakai narkoba
Bagi murid
Bagi siswa kaya tidak masalah
Bagi siswa miskin jadi masalah dan memberatkan keuangan keluarga karena harus di beli



Tabel  2. Jumlah sekolah tiap Kecamatan di Kota Padang tahun 2003





Tabel 3. Perkiraan Jumlah LKS yang harus di beli oleh murid  dalam satu kota/ kabupaten

              Murid Sekolah Dasar dan SMP di Padang



Jumlah LKS yang harus di beli murid
Jumah murid di kota Padang
Tahun 2012
Jumlah buku
Yang  dibutuhkan
Harga rata-rata satu buku LKS
Jumlah uang yang harus disediakan oleh orang tua murid per orang
a
b
c
D =(bxc)
E (Rp)
F (bxcxe)=(Rp)
Kelas 1
13


9000

Kelas 2
13


9000

Kelas 3
13


9000

Kelas 4
13


9000

Kelas 5
13


9000

Kelas 6
13


9000

Kelas 7
11


9000

Kelas 8
11


9000

Kelas 9
11


9000




(diisi sendiri oleh pembaca yang  Mengetahui  jumlah murid di tahun 2012) di kota Padang, ini hanya contoh sebab tabel ini bisa diterapkan pada kota dan kabupaten lain.

1.      Perkiraan Bisnis Dan Jumlah Dana dari Perjualan Buku LKS


Sebagai gambaran kasar saja jumlah murid SD di sumbar data 2009/2010 adalah : 685,821 orang, nilai proyek pengadaan buku LKS untuk anak SD semester satu tahun ajaran 2009/2010 adalah 685,821 x rp. 9000 x13 buku/orang =    80.241.057.000 (delapan puluh milyar duaratus  lima tujuh ribu rupiah) sumber data jumlah siswa dari:






Dari data di bawah maka kurikulum 2013 rezeki ini tidak akan terbuka lagi, sebab sistemnya berbeda. Perbedaan kurikulum 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


Kurikulum SD (2006-2012)
Kurikulum SD 2013


  • 1.Kurikulum 2013 berbasis pada sains.
  • 2.Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik integratif.
  • 3.Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.
  • 4. Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi.
1
Agama
1. Pendidikan Agama
2
Kewarganegaraan
2. PPKn
3
Jasmani dan Kesehatan
3. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal;Mulok)
4
Teknologi Informatika dan Komunikasi
x
5
Bahasa Indonesia
4. Bahasa Indonesia
6
Bahasa Inggris
x
7
Bahasa Daerah
x
8
Bahasa Asing
x
9
Matematika
5. Matematika
10
Ilmu Pengetahuan Alam
1.       Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
11
Sejarah
x
12
Ilmu Pengetahuan Sosial
2.       Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
13
Seni Budaya dan Keterampilan
9.Seni Budaya dan Prakarya (Muatan Lokal; Mulok)

Catatan: bagian yang ditebalkan hilang dalam kurikulum 2013



Kurikulum SMP (2006-2012)
Kurikulum SMP (2013)


  • Alokasi waktu per jam pelajaran SMP = 40 menit
  • Banyak jam pelajaran per minggu 38 jam
1.     Agama
1.Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2.     Kewarganegaraan
2.PPKn
3.     Jasmani dan Kesehatan
3. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)
4.Teknologi Informatika dan Komunikasi
x
5.     Bahasa Indonesia
4.Bahasa Indonesia
6.     Bahasa Inggris
5.Bahasa Inggris
7.     Bahasa Daerah
x
8.     Bahasa Asing
x
9.     Matematika
6.Matematika
10.  Ilmu Pengetahuan Alam
7.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1.       Fisika
x
2.       Biologi
x
11.  Sejarah
x
12.  Ilmu Pengetahuan Sosial
8.Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1.       Geografi
x
2.       Ekonomi
x
13.  Seni Budaya dan Keterampilan
9.Seni Budaya (Muatan Lokal)

10.Prakarya (Muatan Lokal)

 Catatan: bagian yang ditebalkan hilang dalam kurikulum 2013


Kurikulum SMA (2006-2012)
Kurikulum SMA (2013) tidak ada penjurusan

Alokasi waktu per jam pelajaran SMA = 45 menit
Banyak jam pelajaran per minggu SMA = 39 jam
1. Agama
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. Kewarganegaraan
2. PPKn
3. Jasmani dan Kesehatan
3.  Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)
4.Teknologi Informatika dan Komunikasi
 x
5. Bahasa Indonesia
4.Bahasa Indonesia
6. Bahasa Inggris
5. Bahasa Inggris
7. Bahasa Daerah
x
8. Bahasa Asing
x
9. Matematika
6. Matematika
10.Ilmu Pengetahuan Alam
x
11.Fisika
x
12.Biologi
x
13.Sejarah
x
14.Ilmu Pengetahuan Sosial
x
15.Geografi
x
16.Ekonomi
x
17.Seni Budaya dan Keterampilan
Seni Budaya (Muatan Lokal)

              Prakarya dan Kewirausahaan (Muatan Lokal)

 Catatan: bagian yang ditebalkan hilang dalam kurikulum 2013




Contoh Kulit buku LKS SMP , MK Matematika, yang dipakai SBI di Padang, Kelas VIII semester 1 dan 2

Contoh Susunan Pengurus MGMP, Tim Penyusun Buku, Editor dsb., buku LKS SMP, MK Matematika, yang dipakai SBI di Padang, Kelas VIII semester 1 dan 2

Contoh Kata Pengantar, Daftar Isi, buku LKS SMP, MK Matematika, yang dipakai SBI di Padang, Kelas VIII semester 1 dan 2, dan Pencetak buku yang berbeda buku semester I di cetak oleh PT Multi Guna Ilmu dan semester II oleh CV Gema Sukses Printing, keduanya di Jakarta.

Salah satu strategi yang cerdik dari bisnis buku ini adalah disamping harga murah, karena dicetak dengan kertas koran, buku ini hanya sekali pakai.Sudah itu menjadi sampah dan kertas kiloan, karena pengerjaan tugas siswa langsung di dalam buku ini, sehingga buku ini tidak bisa dipakai oleh adik atau teman seorang siswa yang naik kelas untuk mempelajarai hal yang sama, dan harus beli buku LKS baru. Seperti yang terlihat dari contoh di atas.

Contoh buku LKS lainnya, dengan adanya kurikulum 2013 maka beberapa pelajaran dan juga jurusan di tenaga kependidikan guru akan dihapus alias mati karena tidak dibutuhkan lagi. Menurut Alizamar PR II, UNP Padang, kepada penulis diantara jurusan yang mati itu adalah jurusan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), penyederhanaan pada kurikulum 2013 dapat dilihat pada tabel  di atas. Sebuaantumh strategi yang cerdik lainnya dari buku ini, di kulit dicantumkan sebagai "bahan ajar / materi ajar", tetapi oleh gurunya disebut  ke muridnya sebagai LKS (lembaran Kerja Siswa), murid memahami hanya sebagai LKS
2. Pengertian Lembar Kerja Siswa /LKS  Menurut Pridapurwoko (Untuk Kurikulum      2006)
Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan – pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan. Sehingga bisa dikatakan LKS sebagai perangsang pikiran bagi peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Bukan untuk tambahan nilai rapor, karena kebanyakan para guru menggunakan nilai latihan siswa sebagai tambahan nilai rapor. Padahal disini LKS digunakan untuk latihan atau sarana berfikir peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Menurut Soekamto Lembar Kerja Siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasai. Sedangkan menurut Akhyar dan Mustain LKS adalah materi ajar yang  sudah  dikenal  sedemikian  rupa  sehingga  siswa  diharapkan  dapat mempelajari materi ajar tersebut (Lismawati, 2010: 38). Berdasarkan definisi dari beberapa ahli dapat disimpulkan Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran yang berisi materi ajar yang memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan menguasai materi.

3.  Macam- Macam Lembar Kerja Siswa

Menurut Repository Universitas Pendidikan Nasional (hal 13) terdapat macam- macam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dalam pembelajaran sebagai berikut  ini.
Berdasarkan isinya
Lembar Kerja Siswa yang berisi narasi dan gambar yang diberi keterangan- keterangan.
Lembar Kerja Siswa yang berisi gabungan antara narasi dan gambar-gambar yang diberi keterangan.
Berdasarkan langkah kerja
      Lembar Kerja Siswa resep yaitu sistematika langkah kerja ditulis secara terperinci.Lembar Kerja Siswa non resep yaitu langkah kerjanya ditulis dengan pertanyaan-pertanyaan pengarah.
Berdasarkan metode
    Lembar Kerja Siswa eksperimen yaitu dijadikan pedoman untuk melakukan eksperimen dan dapat memuat semua jenis ketrampilan proses .Lembar Kerja Siswa non eksperimen yaitu dijadikan pedoman untuk memahami konsep atau prinsip tanpa memuat eksperimen dan hanya memuat ketrampilan proses tertentu.

4.      Ciri-Ciri, Keunggulan dan Kelemahan Lembar Kerja Siswa

Menurut Lismawati (2010: 39) menjelaskan adapun ciri-ciri LKS adalah sebagi berikut ini.
    LKS hanya terdiri dari beberapa halaman, tidak sampai seratus halaman.LKS dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat pendidikan tertentu.Di  dalamnya  terdiri  uraian  singkat  tentang  pokok  bahasan  secara umum,  rangkuman  pokok  bahasan,  puluhan  soal-soal  pilihan  ganda dan soal-soal isian.
Walaupun Lembar Kerja Siswa digunakan sebagai media yang efektif dalam pembelajaran karena media yang sederhana dan dapat menjangkau semua kalangan pelajar. Setiap media pasti memiliki keunggulan dan kekurangan, untuk keunggulan dan kekurangan dari media pembelajaran Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam Lismawati (2010 :40) sebagai berikut:

Keunggulan media Lembar Kerja Siswa

      Dari aspek penggunaan: merupakan media yang paling mudah. Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus.Dari aspek pengajaran: dibandingkan media pembelajaran jenis lain bisa dikatakan lebih unggul. Karena merupakan media yang canggih dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggu-nakan argumentasi yang realistis.Dari aspek kualitas penyampaian pesan pembelajaran yaitu mampu memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.Dari aspek ekonomi: secara ekonomis lebih murah dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya.

Kekurangan media Lembar Kerja Siswa

    Tidak mam pu mempresentasikan gerakan, pemaparan materi bersifat linear, tidak  mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan.Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahami bagian-bagian tertentu.Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan yang memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.Tidak mengakomodasi siswa dengan kemampuan baca terbatas karena media ini ditulis pada tingkat baca tertentu.Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami.Cenderung digunakan sebagai hafalan. Ada sebagaian guru yang menuntut siswanya untuk menghafal data, fakta dan angka.Tuntutan ini akan membatasi penggunaan hanya untuk alat menghafal.Kadangkala memuat terlalu banyak terminologi dan istilah sehingga dapat menyebabkan beban kognitif yang besar kepada siswa. Presentasi satu arah karena bahan ajar ini tidak interaktif sehingga cendrung digunakan dengan pasif, tanpa pemahaman yang memadai.

5.      Langkah-Langkah Penyusunan dan Penggunaan


Secara umum langkah-langkah menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam repository Universitas Pendidikan Indonesia (hal 16- 17) yaitu sebagai berikut :
Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar.
Menyusun peta kebutuhan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Menentukan judul Lembar Kerja Siswa (LKS).
Penulisan Lembar Kerja Siswa (LKS)
o   Menentukan rumusan Kompetensi Dasar dan Indikator dari pengembangan Silabus.
o   Menentukan alat pemikiran.
o   Menyusun materi sesuai dengan Indikator dari Kompetensi Dasar.

Dalam menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :
    Lembar Kerja Siswa disusun oleh guru mata pelajaran sehingga sesuai dengan tingkat kesiapan, situasi, keadaan siswa dan keadaan sekolah.
Materi Lembar Kerja Siswa disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator.
Materi sesuai dengan standar materi belajar yang disusun secara baik sesuai dengan materi ajar.
Menentukan jenis atau macam Lembar Kerja Siswa agar penulisannya sesuai.
Guru memperkaya sumber sebanyak mungkin untuk memperkaya materi dalam pengajaran.
Membuat gambaran teknik pelaksanaan secara singkat.
Siswa secara efektif dijadikan subjek dalam proses belajar.
Waktu yang digunakan harus tepat.
Rangkaian pembelajaran siswa terangkai dengan baik.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat kami simpulkan struktur Lembar Kerja sebagai berikut :

  1. Judul, mata pelajaran, semester, dan tempat
  2.  Petunjuk belajar
  3. Kompetensi yang akan dicapai
  4. Indikator
  5. nformasi pendukung
  6. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
  7. Penilaian

Selain itu LKS sebagai penunjang untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar. Peran LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat untuk memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada siswa. Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah. (Dhari dan Haryono, 1988)Adapun bagi siswa penggunaan LKS menurut Dhari dan Haryono (1988) bermanfaat untuk berikut ini.      Meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.Melatih dan mengembangkan ketrampilan proses pada siswa sebagai dasar penerapan ilmu pengetahuan.Membantu memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan tersebut.Membantu menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar siswa secara sistematis.
Menurut Wandhiro (2011: 6) manfaat secara umum dari penyusunan Lembar Kerja Siswa adalah sebagai berikut  ini.
    Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran.Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.Sebagai pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistimatis.Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang akan dipelajari melalui kegiatan belajar.Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangka keterampilan proses, danMengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep
Adapun manfaat secara khusus sebagai berikut ini.
     Untuk tujuan latihan. Siswa diberikan serangkaian tugas/aktivitas latihan. Lembar kerja seperti ini sering digunakan untuk memotivasi siswa ketika sedang melakukan tugas latihan.Untuk menerangkan penerapan (aplikasi). Siswa dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu. Hal ini bermanfaat ketika kita menerangkan penyelesaian soal aplikasi yang memerlukan banyak langkah. Lembaran kerja ini dapat digunakan sebagai pilihan lain dari metode tanya jawab, dimana siswa dapat memeriksa sendiri jawaban pertanyaan itu.Untuk kegiatan penelitian. Siswa ditugaskan untuk mengumpulkan data tertentu, kemudian menganalisis data  tersebut. Misalnya dalam penelitian statistika.Untuk penemuan. Dalam lembaran kerja ini siswa dibimbing untuk menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu perkiraan. Hasilnya dapat diperiksa dengan observasi dari contoh yang sederhana.

6. KESIMPULAN

  1. Kesimpulan silahkan oleh pembaca sendiri
  2. Namun kesimpulan penulis adalah bahwa telah terjadi eforia di bidang pendidikan dasar dan menengah di kota/kabupaten di Indonesia, sebab setiap kota dan kabupaten bikin menteri pendidikan sendiri yang menentukan apa yang harus di pelajari oleh murid ( disamping bisnis tentunya), tentu saja guru harus patuh sebab guru adalah anak buah dari pemda kota/kabupaten di Indonesia. 
  3. Guru lebih takut kepada pemda kota dan kabupaten ketimbang kepada gubernur atau menteri pendidikan (sebab jadi anak buah pemda)
  4. Semua teori-teori kependidikan jadi bubar dengan adanya LKS

7.      Sumber Tulisan

  1. Dari wawancara dan penelitian ke lapangan, wawancara dengan guru, koleksi LKS anak-anak dsb. Penulis juga bekerja di penerbitan/percetakan
  2. Sumber bacaan dari internet antara lain,

     Penelitian tentang : Penggunaan Lembar Kerja Siswa Sebagai Sarana Bahan Ajar Pkn Di Sma Negeri 1 Mojosari Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto, oleh Ayu Maya Wulandari. Http://Karya-Ilmiah.Um.Ac.Id/Index.Php/Ppkn/Article/View/20323
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lembar Kerja Siswa· Oleh http://pridapurwoko.blogspot.com/2013/04/pengembangan-bahan-ajar-berbasis-lembar_30.html
http://www.adelia.web.id/isi-kurikulum-2013/
http://db.tt/CJw4WQjK
http://db.tt/OJ3ZZfEK
http://db.tt/2xTjREjT


Lihat Juga: Argumen perubahan kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013


Kurikulum 2006 memuat sejumlah permasalahan diantaranya:
  • 1. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; 
  • 2. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; 
  • 3. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; 
  • 4. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; 
  • 5. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; 
  • 6. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan 
  • 7. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir. 
  • Alasan Pengembangan Kurikulum 2013 adalah, 
  • 1. Pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan. 
  • 2. Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. 
  • 3. Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest). 
  • 4. Yang keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter. 
Sumber: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan:






2 comments:

PUTRA REOG said...

Tulisan yg bagus...kalau kita cermati,sebenarnya penentu dipakai atau tidak adalah guru.Banyak guru yang memanfaatkn siswa sebagai pangsa pasar yg potensial dan tanpa modal dapat duit banyak.Diskon 30-40% justru bnyak dinikmati guru2 daripada penerbit.Penerbit bukanlah penolak kurikulum 2013.Perlu kebijakan dan sanksi tegas terhadap pelaku pendidikan dalam rangka memutus rantai bisnis guru dgn memanfaatkan murid sbgai obyek pasar.salam kenal.

Ayu Rosari Lumbanraja said...

Mantap.. Postingan yang luar biasa. mudah2an bagi kita yang membaca postingan ini bisa lebih memahami apa maksud dari Isinya :)
Dan memang sedang maraknya bisnis guru dikalangan siswa2nya dan bahkan memanfaatkan murid sebagai objek pasar, perlu diberikan kebijakan dan sanksi tegas bagi para pelaku pendidikan. Thanks