Oleh: Nasbahry Couto
Dari
diskusi Indonesia Lawyer Club malam
selasa, tanggal 23 April 2013 di TV One,
diantaranya terlihat bahwa Basrizal Koto (Basko) (klik ini) yang konglomerat, yang
biasanya dapat proyek pengadaan /percetaan UN digeser oleh Galia (klik ini) yang belum
berpengalaman, terutama di 11 propinsi
di kawasan Timur Indonesia. Akibat hambatan distribusi ini maka terjadi
kelambatan UN. Banyak hal yang terungkap dalam diskusi ILC, malam selasa,
tanggal 23 April 2013 itu yang berjudul “UN
amburadul, tanggungjawab siapa?”. Bagi yang ingin mengikuti diskusi ini, dapat
melihat di situs ini:
http://video.tvonenews.tv/arsip/view/69345/2013/04/23/un_amburadul_tanggung_jawab_siapa.tvOne
http://video.tvonenews.tv/arsip/view/69345/2013/04/23/un_amburadul_tanggung_jawab_siapa.tvOne
Namun
berita dimedia masa seperti di tulisan
di bawah ini yang mengarah kepada permainan proyek, dan sikap ancam mengancam
di lingkungan PDK yang memang meraup dana
APBN yang cukup besar di negara ini, yang jadi pertanyaan apakah M.Nuh sebagai
menteri memang menjadi korban orang-orangnya sendiri dan orang-orang percetakan/penerbitan
?
Asal Anda tahu "galia" dalam bahasa Minang = cerdik dan bisa juga artinya licin .....terlalu jauh jika ditafsirkan sebagai "gallia" di zaman Romawi.
Asal Anda tahu "galia" dalam bahasa Minang = cerdik dan bisa juga artinya licin .....terlalu jauh jika ditafsirkan sebagai "gallia" di zaman Romawi.
ICW Minta Hasil Investigasi Ujian Nasional Diserahkan Ke KPK Indonesia
Corruption Watch (ICW) berharap, hasil investigasi ujian nasional (UN) tidak
direkayasa dan bisa diungkap dengan terang. Jika terbukti ada pejabat dan oknum
staf khusus menteri ikut bermain di proyek pendidikan, perlu ditindak tegas.
Dengan langkah itu, kepercayaan publik bisa pulih.
Hamzah Lukman, Perwakilan Percetakan Galia, saat Memberikan Keterangan Persnya, Terkait Keterlambatan Soal Ujian UN 2013…” Photo By : Red NRMnews.com
ICW juga mengapresiasi mundurnya Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemendikbud, Khairil Anwar
Notodiputro terkait kisruh UN. Koordinator Pelayanan Publik ICW Febri Hendri
berharap, mundurnya pejabat Kemendikbud bisa diikuti oleh pejabat lainnya.
“Kekisruhan UN menjadi ujian berat buat Menteri
Nuh untuk segera membersihkan kementeriannya dari oknum pejabat maupun staf
khusus yang bermain proyek pendidikan. Hasil investigasi UN juga diharapkan
bisa mengembalikan citra Kemendikbud di publik,” kata Febri saat dikontak Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut Febri, selain Mendikbud dan Kabalitbang,
Kepala Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) juga harus bertanggung
jawab atas amburadulnya UN. Sebab, kegiatan ini secara langsung berada di bawah
pengawasan BSNP.
“Semua program pendidikan di Kemendikbud mesti
diawasi. Terlebih banyak mafia proyek yang diduga melibatkan pejabat
Kemendikbud,” tudingnya.
Pengamat Pendidikan dari Universitas Negeri
Jakarta (UNJ) Lody Paat justru menduga, mundurnya pejabat Balitbang Kemendikbud
hanya korban dari kebijakan yang salah.
“Sebelumnya sudah sangat jelas, ada oknum-oknum di
Kemendikbud yang bikin kekisruhan UN,” tuding Lody.
Karena itu, Menteri Nuh mesti membuka
seterang-terangnya hasil investigasi ini. Bahkan kalau perlu, bekas Rektor ITS
Surabaya ini menggandeng lembaga hukum untuk mengusut tuntas kasus UN.
“Kisruh UN menjadi catatan buruk bangsa. Kita
minta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) segera umumkan hasil auditnya, dan harus
ada evaluasi pejabatpejabat yang korup di Kemendikbud,” desak Lody.
Direktur Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia
Untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Uchok Sky Khadafi mencurigai adanya oknum
staf khusus Menteri yang diduga bermain di proyek UN dan proyek lain di
lingkungan kementerin tersebut.
“Saat ini kami sedang mengumpulkan data dan kami
melihat memang ada indikasi mengarah ke sana (staf khusus yang bermain),”
tuding Uchok saat dikontak Rakyat Merdeka.
Jika ada bukti-bukti mengarah pada dugaan tindakan
korupsi, pihaknya tak segan-segan melaporkan ke KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi).
Anggota Komisi X DPR bidang Pendidikan Zulfadhli
mengaku, sangat mengapresiasi soal mundurnya pejabat eselon satu Kemendikbud.
“Jika nanti terbukti ada unsur kelalaian serta
penggelapan dana hingga potensi korupsi, harus tetap diproses secara hukum,”
kata Zulfadhli.
Dengan mundurnya pejabat Kemendikbud, menurut
Zulfadhli, mengindikasikan adanya bentuk kelalaian dari pejabat Kemendikbud
yang menyebabkan UN kacau.
“Sudah banyak yang mengindikasikan hal tersebut.
Menteri Nuh dianggap tak becus urus pejabat di Kementeriannya,” kritik
Zulfadhli.
Untuk itu, pihaknya juga meminta audit BPK segera
dirilis. “Hasil audit BPK sangat ditunggu. Diharapkan, hasil audit tersebut
semakin memperjelas adanya praktik-praktik yang penggelapan dana maupun tender,
hingga menyebabkan penyelenggaraan UN kacau,” pintanya.
Menanggapi adanya oknum pejabat dan staf khusus
menteri yang terlibat dalam kekisruhan UN, Mendikbud Mohammad Nuh belum mau
mengumumkan. Pihaknya mengaku sudah menerima hasil audit Itjen Kemendikbud.
“Saya tidak ingin berspekulasi. Hasil audit ini
masih didalami, baik di percetakan maupun pengadaan. Ya kita tunggu saja,”
kilah Nuh di kantornya, kemarin.
Soal mundurnya Kabalitbang, Khairil Anwar
Notodipuro, Nuh menghargai dan menghormati pilihan untuk mundur. Namun,
keputusan final belum dapat diberikan karena Nuh belum melapor kepada Presiden
SBY. Sebab, penunjukan atau pencopotan pejabat eselon satu perlu persetujuan
Presiden.
“Mundur itu pilihan sebagai bagian dari
pertanggung jawaban. Karena keputusan ada di tangan Presiden, berarti surat
pengunduran diri Khairil bisa saja disetujui dan tidak. Dari situ nanti akan
bisa diketahui, disetujui atau tidak. Tergantung pada Presiden,” kilahnya.
[Harian Rakyat Merdeka]
No comments:
Post a Comment