Oleh
Nasbahry Couto
Tabel 3. Perkiraan
Jumlah LKS yang harus di beli oleh murid dalam satu kota/ kabupaten
1. Perkiraan Bisnis Dan Jumlah Dana dari
Perjualan Buku LKS
4. Ciri-Ciri, Keunggulan dan Kelemahan Lembar
Kerja Siswa
5. Langkah-Langkah Penyusunan dan Penggunaan
Lihat Juga: Argumen perubahan kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013
Kurikulum 2006 memuat sejumlah permasalahan diantaranya:
Nasbahry Couto
1. Masalah Kurikulum 2013 dan LKS lama (Kurikulum 2006)
Penulis terheran-heran saat banyak orang
terutama yang sudah mapan di pendidikan, menentang kurikulum 2013, pada hal banyak
orang orang pintar sekaliber Rhenald Khasali 1) tidak segan-segan untuk mengutarakan bahwa kurikulum 2006 itu memberatkan siswa dan tidak kreatif, menurut Khasali kurikulum 2013 itu lebih baik dari kurikulum lama. Baca
juga tulisan Sudarsyahasep tentang “Kurikulum2013: Untuk Orang Tua”
Dari diskusi di TV dan media massa, terlihat
bahwa kurikulum 2006 dan sebelumnya yang berbasis kompetensi telah menjadi
mapan, bukan saja karena dibuat berdasarkan kompetensi yang diharapkan mereka dan juga
rencana Pembelajaran yang dibuat Guru (katanya), tetapi karena seolah-olah banyak yang bersikukuh untuk mempertahankannya, tentu akan menimbulkan pertanyaan ada apa ? Sebetulnya apa yang ada dibalik semua ini ?
Belajar dari kasus amburadulnya UN (2013) (lihat dan klik tulisan ini dan juga tulisan ini) penulis kemudian melihat titik terang, rupanya ada bisnis besar di balik kurikulum 2006 (lama), misalnya pemakaian buku LKS di sekolah-sekolah, tidak akan terpakai lagi dengan kurikulum baru ini. Logis jika orang-orang yang terlibat dengan bisnis ini tentu secara tidak langsung akan memprotes kurikulum baru 2013, dan menteri pendidikan pun bisa menjadi bulan-bulanan, dan hal yang sama kita lihat pada kasus UN (Ujian nasional) seakan-akan apa yang direncanakan menteri pendidikan tidak baik dan tergesa-gesa. Kenapa terdapat bisnis besar di dalam kurikulum lama? Perhitungannya dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Belajar dari kasus amburadulnya UN (2013) (lihat dan klik tulisan ini dan juga tulisan ini) penulis kemudian melihat titik terang, rupanya ada bisnis besar di balik kurikulum 2006 (lama), misalnya pemakaian buku LKS di sekolah-sekolah, tidak akan terpakai lagi dengan kurikulum baru ini. Logis jika orang-orang yang terlibat dengan bisnis ini tentu secara tidak langsung akan memprotes kurikulum baru 2013, dan menteri pendidikan pun bisa menjadi bulan-bulanan, dan hal yang sama kita lihat pada kasus UN (Ujian nasional) seakan-akan apa yang direncanakan menteri pendidikan tidak baik dan tergesa-gesa. Kenapa terdapat bisnis besar di dalam kurikulum lama? Perhitungannya dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Sebagai gambaran kasar saja jumlah murid SD di sumbar data 2009/2010 adalah : 685,821 orang, nilai proyek pengadaan buku LKS untuk anak SD tahun 2009/2010 untuk satu semester adalah 685,821 x 9000 x13 = 80.241.057.000 (delapan puluh milyar duaratus empat puluh satu juta, lima puluh tujuh ribu rupiah), jika dua semester =160.482.114.000 belum lagi untuk anak SMP dan SMA, diperkirakan bisnis LKS ini bernilai 240 milyar), jika keuntungan dari bisnis ini 30-40 % siapa yang diperkaya sebanyak 96 milyar setiap tahunnya (dua semester) ? Dan siapa saja yang dapat rezeki ini? Dan bagaimana pula di propinsi-propinsi lain di Indonesia, tentu angka ini akan lebih besar.
Untuk sekedar hitung-hitungan, jika ada yang memonopoli LKS pelajaran "Bahasa Indonesia" saja untuk satu semester di Sumatera Barat dengan 685,821 siswa SD, dan harga buku 9000 rupiah, maka bisnis ini satu semester adalah = Rp.6.172.389.000,- untuk satu tahun 12.344.778.000,-. Maka tidak heran jika ingin survive dalam bisnis harus masuk ke bidang percetakan (yang lain adalah pertambangan, perkebunan dsb), dan ini memang dilakukan oleh salah satu pelaku bisnis di Sumbar seperti Basko (Basrizal Koto) yang juga bergerak dibidang percetakan. Di PT juga ada penerbit/percetakan, walaupun dalam skala lebih kecil. Pelaku penerbit dan percetakan di PT, juga bisa dapat keuntungan pribadi dari milik negara dan atau atas kegiatan percetakan untuk kepentingan universitas.
Dari pengalaman selama ini (penulis juga punya
anak yang di SMP dan SD), buku ini bukan gratis, dan harus dibeli, dan juga sekali pakai (habis buang) kelihatannya murah tetapi jika dihitung volumenya cukup besar. Seiring dengan ini dapat terungkaplah beberapa hal yang selama ini tersembunyi. Ada
pandangan sementara bahwa murid lebih akrab dengan teknologi terbaru, misalnya
dalam hal mengakses internet, ketimbang gurunya. Guru-guru itu (SD, SMP dan
SMA) di Indonesia itu gatek kata mereka (gagap teknologi) dan muridnya lebih canggih (hasil wawancara dengan
murid SBI –SMP dan SMA di Padang, dan juga
dengan murid SD di Padang oleh penulis).2)
Kekurangan guru-guru ini kemudian ditutupi dan dikompensasi dengan adanya Rencana Pembelajaran yang disusun oleh guru yang disebut sebagai LKS (Lembaran Kerja Siwa). Dengan adanya LKS maka akan mengalihkan ketertinggalan guru ini, dan dalam penerapannya banyak yang terfokus hanya ke buku LKS (Walaupun sekolah bertaraf SBI- sekalipun). Disimpulkan bahwa buku LKS menjadi penting karena banyak guru yang tidak berkualitas terbantu dan bukan hanya guru saja yang membutuhkan buku ini, sebab buku ini telah menjadi ajang bisnis bagi penerbit/percetakan dan yang mengambil keuntungan dari kegiatan ini. Dengan adanya kurikulum baru maka jelas akan mematikan bisnis ini, apalagi jika ada stok lama yang belum terjual, percetakan akan rugi.
Kekurangan guru-guru ini kemudian ditutupi dan dikompensasi dengan adanya Rencana Pembelajaran yang disusun oleh guru yang disebut sebagai LKS (Lembaran Kerja Siwa). Dengan adanya LKS maka akan mengalihkan ketertinggalan guru ini, dan dalam penerapannya banyak yang terfokus hanya ke buku LKS (Walaupun sekolah bertaraf SBI- sekalipun). Disimpulkan bahwa buku LKS menjadi penting karena banyak guru yang tidak berkualitas terbantu dan bukan hanya guru saja yang membutuhkan buku ini, sebab buku ini telah menjadi ajang bisnis bagi penerbit/percetakan dan yang mengambil keuntungan dari kegiatan ini. Dengan adanya kurikulum baru maka jelas akan mematikan bisnis ini, apalagi jika ada stok lama yang belum terjual, percetakan akan rugi.
Catatan:
1) Lihat: kurikulum berpikir Rhenald khasali,
2) Kenapa banyak guru ketinggalan zaman di Indonesia?, Tuduhan ini tidak perlu hanya kepada guru-guru tua yang sudah mengabdikan dirinya dan akan pensiun, dan kasihan juga...sebab banyak guru sudah menjadi korban keadaan. Tetapi guru muda tidak dijamin dapat sertamerta juga berkualitas. Siapa yang salah? Jika ingin jujur sebenarnya maka kualitas pendidikan harus dibandingkannya dengan pendidikan di luar negeri (termasuk apa yang harus dikuasai guru). Sertifikasi guru di Indonesia penerapannya mungkin banyak mengandung unsur polititik saja, sebab tidak serta merta dapat mencerdaskan dan memakmurkan guru. Sebenarnya kalau mau jujur, lebih baik sistem rekruitmen guru yang dilakukan di mancanegara melalui kursus, sebab disana guru bukan disertifikasi (iming-iming gaji bikin frustasi), tetapi dikursuskan), makin banyak kursus (keahlian yang dimiliki) seorang guru, makin besar gajinya. (ini)
2) Kenapa banyak guru ketinggalan zaman di Indonesia?, Tuduhan ini tidak perlu hanya kepada guru-guru tua yang sudah mengabdikan dirinya dan akan pensiun, dan kasihan juga...sebab banyak guru sudah menjadi korban keadaan. Tetapi guru muda tidak dijamin dapat sertamerta juga berkualitas. Siapa yang salah? Jika ingin jujur sebenarnya maka kualitas pendidikan harus dibandingkannya dengan pendidikan di luar negeri (termasuk apa yang harus dikuasai guru). Sertifikasi guru di Indonesia penerapannya mungkin banyak mengandung unsur polititik saja, sebab tidak serta merta dapat mencerdaskan dan memakmurkan guru. Sebenarnya kalau mau jujur, lebih baik sistem rekruitmen guru yang dilakukan di mancanegara melalui kursus, sebab disana guru bukan disertifikasi (iming-iming gaji bikin frustasi), tetapi dikursuskan), makin banyak kursus (keahlian yang dimiliki) seorang guru, makin besar gajinya. (ini)
Lembaga Kursus juga tidak
main-main, sebab hanya orang yang berkualifikasi keahlian tertentu yang boleh
mengajar disana (yang levelnya setara secara internasional). Sedangkan di
Indonesia sebaliknya, yang mengajar di lembaga sertifikasi guru tidak terbuka
dan diragukan kualifikasinya, umumnya instruktur
dan penilai adalah yang dekat dengan
penentu sertifikasi itu. Menurut hemat penulis salah satu kelemahan sertifikasi guru karena 100% diserahkan ke lembaga penghasil guru. Sebaiknya ke lembaga
independen, misalnya UNM Medan Penghasil guru, maka penilai guru tidak boleh
lembaga UNM, tetapi lembaga lain, namun jika diperlukan orang UNM Medan juga duduk
disana. Sama halnya dengan lembaga KPK (yang independen, ada juga polisi dan ahli hukum yang duduk disana di samping orang KPK lainnya, maka keberhasilannya akan lebih besar)
Sebagai catatan khusus mengenai UPI (yang dulu IKIP Bandung) sangat penulis kenal berbeda dengan IKIP-IKIP yang lain, terutama dalam menyusun kurikulumnya yang berorientasi ke dasar ilmu pengetahuan murni, boleh dikata UPI yang saya kenal kurikulumnya adalah kurikulum universitas plus (ilmu + kependidikan), dulu dosen-dosennya banyak yang dari ITB dan Unpad, dan orang profesional sehingga lulusannya banyak yang bekerja di nonkependidikan, misalnya lulusan Pendidikan Arsitektur, bekerja di proyek. Jurusan seni rupa banyak dosen-dosenya seniman terkenal di Indonesia, seperti pak Wiyoso Yudosaputro, Barli, Popo Iskandar dan lainnya. Kalaulah IKIP-IKIP lainnya setara dengan IKIP Bandung, saya jamin pendidikan di Indonesia itu naik peringkatnya di dunia pendidikan. IKIP-IKIP lain saya lihat sangat parah karena hanya mempelajari silabus yang disusun oleh orang pusat yang sangat umum dan tidak spesifik berorientasi kepada penguasaan ilmu yang akan ditularkan ke peserta didik. Jika hanya berorientasi kepada silabus, logis jika banyak guru kehilangan keseimbangan, karena harus mempelajari lagi silabus baru (2013). Hanya satu saran penulis, disamping menguasai ilmu kependidikan ilmu yang akan diajarkan kepada murid juga harus dikuasai oleh guru, saratnya tentu adalah guru yang cerdas dan rajin membaca. Kurikulum apapun yang muncul tidak ada masalah, sebab itu hanyalah semacam pedoman umum. Sedangkan ilmu itu sendiri tidak akan pernah berubah secara drastis. Memang ada ilmu pengetahuan yang sangat cepat perubahannya seperti TI (teknologi informasi/komputerisasi), jika ada yang berminat menyediakan gurunya itu adalah pekerjaan mubazir, misalnya sekolah komputer. Gurunya mengajarkan ilmu lama. Sedangkan untuk mengejar ilmu komputer baru diserahkan ke muridnya sendiri. Akhirnya jurusan TI di FPTK terpaksa ditutup (2013).
3) Banyak yang tidak menyadari bahwa Silabus dan RPP,TIU, TIK , yang diunggulkan dalam kurikulum 2006 dan 1984, adalah pengembangan "sistem Instruksional" hasil penelitian militer Amerika tahun 60-70-an yang diaplikasikan ke bidang pendidikan. Konsep ini sudah ketinggalan jaman, ketimbang pengembangan berpikir kreatif, berpikir verbal dan visual. Jikapun akan dipakai hanya cocok di tingkat advance, orang dewasa (militer misalnya) bukan untuk anak-anak. Banyak pula suara yang mengatakan hanya tamatan IKIP (lama) yang boleh jadi guru, ini juga menjadi polemik. Ada dua tulisan penulis yang relevan dengan topik ini, untuk sistem instruksional dan konsep lihat di sini untuk keprofesian lihat disini. Tentang pengembangan berpikir visual dan verbal lihat tulisan-tulisan penulis di nasbahry gallery. Penulis melihat pendidikan profesi yang tidak lentur dan berpikir secara mental blog (berpikir dan dibloking melalui ajaran-ajaran/ideologi tertentu), tidak melihat ada kebenaran lain diluar ajaran/ideologinya.
Sebagai catatan khusus mengenai UPI (yang dulu IKIP Bandung) sangat penulis kenal berbeda dengan IKIP-IKIP yang lain, terutama dalam menyusun kurikulumnya yang berorientasi ke dasar ilmu pengetahuan murni, boleh dikata UPI yang saya kenal kurikulumnya adalah kurikulum universitas plus (ilmu + kependidikan), dulu dosen-dosennya banyak yang dari ITB dan Unpad, dan orang profesional sehingga lulusannya banyak yang bekerja di nonkependidikan, misalnya lulusan Pendidikan Arsitektur, bekerja di proyek. Jurusan seni rupa banyak dosen-dosenya seniman terkenal di Indonesia, seperti pak Wiyoso Yudosaputro, Barli, Popo Iskandar dan lainnya. Kalaulah IKIP-IKIP lainnya setara dengan IKIP Bandung, saya jamin pendidikan di Indonesia itu naik peringkatnya di dunia pendidikan. IKIP-IKIP lain saya lihat sangat parah karena hanya mempelajari silabus yang disusun oleh orang pusat yang sangat umum dan tidak spesifik berorientasi kepada penguasaan ilmu yang akan ditularkan ke peserta didik. Jika hanya berorientasi kepada silabus, logis jika banyak guru kehilangan keseimbangan, karena harus mempelajari lagi silabus baru (2013). Hanya satu saran penulis, disamping menguasai ilmu kependidikan ilmu yang akan diajarkan kepada murid juga harus dikuasai oleh guru, saratnya tentu adalah guru yang cerdas dan rajin membaca. Kurikulum apapun yang muncul tidak ada masalah, sebab itu hanyalah semacam pedoman umum. Sedangkan ilmu itu sendiri tidak akan pernah berubah secara drastis. Memang ada ilmu pengetahuan yang sangat cepat perubahannya seperti TI (teknologi informasi/komputerisasi), jika ada yang berminat menyediakan gurunya itu adalah pekerjaan mubazir, misalnya sekolah komputer. Gurunya mengajarkan ilmu lama. Sedangkan untuk mengejar ilmu komputer baru diserahkan ke muridnya sendiri. Akhirnya jurusan TI di FPTK terpaksa ditutup (2013).
3) Banyak yang tidak menyadari bahwa Silabus dan RPP,TIU, TIK , yang diunggulkan dalam kurikulum 2006 dan 1984, adalah pengembangan "sistem Instruksional" hasil penelitian militer Amerika tahun 60-70-an yang diaplikasikan ke bidang pendidikan. Konsep ini sudah ketinggalan jaman, ketimbang pengembangan berpikir kreatif, berpikir verbal dan visual. Jikapun akan dipakai hanya cocok di tingkat advance, orang dewasa (militer misalnya) bukan untuk anak-anak. Banyak pula suara yang mengatakan hanya tamatan IKIP (lama) yang boleh jadi guru, ini juga menjadi polemik. Ada dua tulisan penulis yang relevan dengan topik ini, untuk sistem instruksional dan konsep lihat di sini untuk keprofesian lihat disini. Tentang pengembangan berpikir visual dan verbal lihat tulisan-tulisan penulis di nasbahry gallery. Penulis melihat pendidikan profesi yang tidak lentur dan berpikir secara mental blog (berpikir dan dibloking melalui ajaran-ajaran/ideologi tertentu), tidak melihat ada kebenaran lain diluar ajaran/ideologinya.
Kembali ke pembicaraan tentang LKS, maka buku
Pustaka Sekolah (dari sumbangan dana BOS) jarang terpakai yang dipakai hanya
buku LKS (hasil wawancara dengan murid RSBI –SMP di Padang, dan murid SD di Padang), akibatnya ratusan
judul materi ajar yang dibuat oleh Diknas dan yang di lempar ke internet,
terbuang percuma, tidak dilihat, apalagi untuk dipelajari oleh guru dan oleh
murid. Buku sumbangan BOS dari dana pemerintah menjadi sisa-sia saja, karena
ada buku LKS.
Dengan adanya kurikulum 2013 yang berbasiskan kecerdasan/kreatifitas murid, maka banyak lahan bisnis di dunia pendidikan yang selama ini yang sudah mapan akan hilang, dasarnya orang bisnis tentu akan rugi jika semuanya mulai dari awal lagi dengan adanya kurikulum 2013 maka logis banyak orang yang menentang kurikulum baru 2013.
Dengan adanya kurikulum 2013 yang berbasiskan kecerdasan/kreatifitas murid, maka banyak lahan bisnis di dunia pendidikan yang selama ini yang sudah mapan akan hilang, dasarnya orang bisnis tentu akan rugi jika semuanya mulai dari awal lagi dengan adanya kurikulum 2013 maka logis banyak orang yang menentang kurikulum baru 2013.
Uraian tentang LKS lihat uraian
di bawah ini.
Tabel 1. Kelebihan Dan Kekurangan Penggunaan Lembar Kerja Siswa Sebagai Sarana Bahan Ajar
Tabel 1. Kelebihan Dan Kekurangan Penggunaan Lembar Kerja Siswa Sebagai Sarana Bahan Ajar
Kelebihan
|
Kekurangan
|
|
Penulis
buku LKS |
Sumber LKS adalah berdasarkan Pembentukan
Tim MGMP yang didalamnya merupakan gabungan dari guru-guru dari
Kabupaten/ kota yang ditunjuk dinas dan mewakili (bisa jadi pemrakarsanya adalah kepala dinas Kab./Kota)
|
Penulisnya terdaftar memang banyak, tetapi itu hanya untuk naik pangkat
guru, sebab penulisnya biasanya ditunjuk dari dari penerbit, atau dari dinas
pendidikan kota/kabupaten, penulisnya tidak banyak, orangnya itu-tu saja dan
ini jadi buku proyek, yang untuk hanya beberapa orang, termasuk percetakan
|
Kualitas Materi buku
|
Materi yang tertera dalam TIK dan
TIKU disingkat , disederhanakan
|
Materi tereduksi karena disesuaikan dengan kriteria siswa, tingkat
pemahaman siswa dalam sekolah, umumnya isi LKS itu banyak yang tidak bermutu,
salah cetak, karena dibuat oleh orang yang tidak profesional dalam pembuatan
buku
|
sda
|
isi yang singkat membuat siswa kurang mampu memahami materi pembelajaran
secara keseluruhan dan secara utuh,
karena siswa sebagai pengguna lembar kerja tersebut merasa cukup dengan bahan
ajar tersebut.
|
|
Kualiatas fisik buku
|
Ringkas
|
Tidak berkualitas, sekali buang, sekali pakai
|
Fungsi buku
|
Meringankan tugas guru, sebab guru tinggal menjelaskan pemakaian buku di sekolah dan
cara mengerjakan tugas-tugas yang tertera dalam buku
|
Kecendrungan pemakaian buku
belajar mandiri di rumah oleh murid
|
sda
|
Buku teks yang mahal itu hanya dianggap sebagai bahan ajar pendamping
|
|
Bagi guru
|
isi materi yang singkat membuat guru mampu membagi waktu pembelajaran dan
untuk mencapai tujuan pembelajaran pada saat kegiatan pembelajaran tidak
kondusif
|
Kecendrungan guru menjadi malas yang artinya guru mata pelajaran tidak
dapat memberikan pembelajaran dikarenakan tugas lain
|
sda
|
LKS membuat guru malas tidak berpikir lagi untuk memahami buku teks, lagi
pula buku teks yang baik itu mahal
|
|
Harga
|
Harga yang murah
|
Hanya sekali pakai , membuang-buang kertas
|
Tujuan dan sasaran buku
|
Dapat menyimpang dan keluar dari sasaran pembelajaran. Ingat kasus LKS
yang berisi ajaran agar murid memakai narkoba
|
|
Bagi murid
|
Bagi siswa kaya tidak masalah
|
Bagi siswa miskin jadi masalah dan memberatkan keuangan keluarga karena harus di beli
|
Tabel 2. Jumlah sekolah tiap Kecamatan di Kota
Padang tahun 2003
Murid Sekolah Dasar dan SMP di
Padang
Jumlah LKS yang harus di
beli murid
|
Jumah murid di kota Padang
Tahun 2012
|
Jumlah buku
Yang dibutuhkan
|
Harga rata-rata satu buku
LKS
|
Jumlah uang yang harus
disediakan oleh orang tua murid per orang
|
|
a
|
b
|
c
|
D =(bxc)
|
E (Rp)
|
F (bxcxe)=(Rp)
|
Kelas 1
|
13
|
9000
|
|||
Kelas 2
|
13
|
9000
|
|||
Kelas 3
|
13
|
9000
|
|||
Kelas 4
|
13
|
9000
|
|||
Kelas 5
|
13
|
9000
|
|||
Kelas 6
|
13
|
9000
|
|||
Kelas 7
|
11
|
9000
|
|||
Kelas 8
|
11
|
9000
|
|||
Kelas 9
|
11
|
9000
|
(diisi sendiri oleh pembaca yang Mengetahui
jumlah murid di tahun 2012) di kota Padang, ini hanya contoh sebab tabel
ini bisa diterapkan pada kota dan kabupaten lain.
1. Perkiraan Bisnis Dan Jumlah Dana dari
Perjualan Buku LKS
Sebagai gambaran kasar saja jumlah murid SD di
sumbar data 2009/2010 adalah : 685,821 orang, nilai proyek pengadaan buku LKS untuk
anak SD semester satu tahun ajaran 2009/2010 adalah 685,821 x rp. 9000 x13 buku/orang = 80.241.057.000 (delapan
puluh milyar duaratus lima tujuh ribu
rupiah) sumber data jumlah siswa dari:
Dari data di bawah maka kurikulum 2013 rezeki
ini tidak akan terbuka lagi, sebab sistemnya berbeda. Perbedaan kurikulum 2012 dan
2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Kurikulum SD (2006-2012)
|
Kurikulum SD 2013
|
|
|
||
1
|
Agama
|
1. Pendidikan Agama
|
2
|
Kewarganegaraan
|
2. PPKn
|
3
|
Jasmani dan Kesehatan
|
3. Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan (Muatan Lokal;Mulok)
|
4
|
Teknologi Informatika dan Komunikasi
|
x
|
5
|
Bahasa Indonesia
|
4. Bahasa Indonesia
|
6
|
Bahasa Inggris
|
x
|
7
|
Bahasa Daerah
|
x
|
8
|
Bahasa Asing
|
x
|
9
|
Matematika
|
5. Matematika
|
10
|
Ilmu Pengetahuan Alam
|
1.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
|
11
|
Sejarah
|
x
|
12
|
Ilmu Pengetahuan Sosial
|
2.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
|
13
|
Seni Budaya dan Keterampilan
|
9.Seni Budaya dan Prakarya (Muatan Lokal;
Mulok)
|
Catatan: bagian yang ditebalkan hilang dalam kurikulum 2013
|
Kurikulum SMP (2006-2012)
|
Kurikulum SMP
(2013)
|
|
|
1. Agama
|
1.Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
|
2. Kewarganegaraan
|
2.PPKn
|
3. Jasmani dan Kesehatan
|
3. Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan (Muatan Lokal)
|
4.Teknologi Informatika dan Komunikasi
|
x
|
5. Bahasa Indonesia
|
4.Bahasa Indonesia
|
6. Bahasa Inggris
|
5.Bahasa Inggris
|
7. Bahasa Daerah
|
x
|
8. Bahasa Asing
|
x
|
9. Matematika
|
6.Matematika
|
10. Ilmu Pengetahuan Alam
|
7.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
|
1.
Fisika
|
x
|
2.
Biologi
|
x
|
11. Sejarah
|
x
|
12. Ilmu Pengetahuan Sosial
|
8.Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
|
1.
Geografi
|
x
|
2.
Ekonomi
|
x
|
13. Seni Budaya dan Keterampilan
|
9.Seni Budaya (Muatan Lokal)
|
10.Prakarya (Muatan Lokal)
|
Catatan: bagian yang ditebalkan hilang dalam kurikulum 2013
Kurikulum SMA (2006-2012)
|
Kurikulum SMA
(2013) tidak ada penjurusan
|
Alokasi waktu per jam pelajaran SMA =
45 menit
Banyak jam pelajaran per minggu SMA =
39 jam
|
|
1. Agama
|
1. Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti
|
2. Kewarganegaraan
|
2. PPKn
|
3. Jasmani dan Kesehatan
|
3. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
(Muatan Lokal)
|
4.Teknologi Informatika dan Komunikasi
|
x
|
5. Bahasa Indonesia
|
4.Bahasa
Indonesia
|
6. Bahasa Inggris
|
5. Bahasa
Inggris
|
7. Bahasa Daerah
|
x
|
8. Bahasa Asing
|
x
|
9. Matematika
|
6. Matematika
|
10.Ilmu Pengetahuan Alam
|
x
|
11.Fisika
|
x
|
12.Biologi
|
x
|
13.Sejarah
|
x
|
14.Ilmu Pengetahuan Sosial
|
x
|
15.Geografi
|
x
|
16.Ekonomi
|
x
|
17.Seni Budaya dan Keterampilan
|
Seni Budaya (Muatan Lokal)
|
Prakarya dan Kewirausahaan (Muatan
Lokal)
|
Contoh Kulit buku LKS SMP , MK Matematika, yang dipakai SBI di Padang, Kelas VIII semester 1 dan 2
Contoh Susunan Pengurus MGMP, Tim Penyusun Buku, Editor dsb., buku LKS SMP, MK Matematika, yang dipakai SBI di Padang, Kelas VIII semester 1 dan 2
Contoh Kata Pengantar, Daftar Isi, buku LKS SMP, MK Matematika, yang dipakai SBI di Padang, Kelas VIII semester 1 dan 2, dan Pencetak buku yang berbeda buku semester I di cetak oleh PT Multi Guna Ilmu dan semester II oleh CV Gema Sukses Printing, keduanya di Jakarta.
Salah satu strategi yang cerdik dari bisnis buku ini adalah disamping harga murah, karena dicetak dengan kertas koran, buku ini hanya sekali pakai.Sudah itu menjadi sampah dan kertas kiloan, karena pengerjaan tugas siswa langsung di dalam buku ini, sehingga buku ini tidak bisa dipakai oleh adik atau teman seorang siswa yang naik kelas untuk mempelajarai hal yang sama, dan harus beli buku LKS baru. Seperti yang terlihat dari contoh di atas.
Contoh buku LKS lainnya, dengan adanya kurikulum 2013 maka beberapa pelajaran dan juga jurusan di tenaga kependidikan guru akan dihapus alias mati karena tidak dibutuhkan lagi. Menurut Alizamar PR II, UNP Padang, kepada penulis diantara jurusan yang mati itu adalah jurusan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), penyederhanaan pada kurikulum 2013 dapat dilihat pada tabel di atas. Sebuaantumh strategi yang cerdik lainnya dari buku ini, di kulit dicantumkan sebagai "bahan ajar / materi ajar", tetapi oleh gurunya disebut ke muridnya sebagai LKS (lembaran Kerja Siswa), murid memahami hanya sebagai LKS
2. Pengertian Lembar Kerja Siswa /LKS Menurut Pridapurwoko (Untuk Kurikulum 2006)
Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud
dengan lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk
melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian
singkat materi, tujuan kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan,
langkah kerja pertanyaan – pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil
diskusi, dan latihan ulangan. Sehingga bisa dikatakan LKS sebagai perangsang pikiran
bagi peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Bukan untuk
tambahan nilai rapor, karena kebanyakan para guru menggunakan nilai latihan
siswa sebagai tambahan nilai rapor. Padahal disini LKS digunakan untuk latihan
atau sarana berfikir peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Menurut Soekamto Lembar Kerja Siswa merupakan
lembaran-lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan agar
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasai. Sedangkan
menurut Akhyar dan Mustain LKS adalah materi ajar yang sudah
dikenal sedemikian rupa
sehingga siswa diharapkan
dapat mempelajari materi ajar tersebut (Lismawati, 2010: 38). Berdasarkan
definisi dari beberapa ahli dapat disimpulkan Lembar Kerja Siswa adalah
lembaran-lembaran yang berisi materi ajar yang memiliki tujuan untuk memberikan
pengetahuan dan ketrampilan menguasai materi.
3. Macam- Macam Lembar Kerja Siswa
Menurut Repository Universitas Pendidikan
Nasional (hal 13) terdapat macam- macam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan
dalam pembelajaran sebagai berikut ini.
Berdasarkan isinya
Lembar Kerja Siswa yang berisi narasi dan gambar yang diberi keterangan- keterangan.
Lembar Kerja Siswa yang berisi gabungan antara narasi dan gambar-gambar yang diberi keterangan.
Lembar Kerja Siswa yang berisi narasi dan gambar yang diberi keterangan- keterangan.
Lembar Kerja Siswa yang berisi gabungan antara narasi dan gambar-gambar yang diberi keterangan.
Berdasarkan langkah kerja
Lembar
Kerja Siswa resep yaitu sistematika langkah kerja ditulis secara terperinci.Lembar
Kerja Siswa non resep yaitu langkah kerjanya ditulis dengan
pertanyaan-pertanyaan pengarah.
Berdasarkan metode
Lembar
Kerja Siswa eksperimen yaitu dijadikan pedoman untuk melakukan eksperimen dan
dapat memuat semua jenis ketrampilan proses .Lembar
Kerja Siswa non eksperimen yaitu dijadikan pedoman untuk memahami konsep atau
prinsip tanpa memuat eksperimen dan hanya memuat ketrampilan proses tertentu.
4. Ciri-Ciri, Keunggulan dan Kelemahan Lembar
Kerja Siswa
Menurut Lismawati (2010: 39) menjelaskan
adapun ciri-ciri LKS adalah sebagi berikut ini.
LKS
hanya terdiri dari beberapa halaman, tidak sampai seratus halaman.LKS
dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat
pendidikan tertentu.Di dalamnya
terdiri uraian singkat
tentang pokok bahasan
secara umum, rangkuman pokok
bahasan, puluhan soal-soal
pilihan ganda dan soal-soal isian.
Walaupun Lembar Kerja Siswa digunakan sebagai
media yang efektif dalam pembelajaran karena media yang sederhana dan dapat
menjangkau semua kalangan pelajar. Setiap media pasti memiliki keunggulan dan
kekurangan, untuk keunggulan dan kekurangan dari media pembelajaran Lembar
Kerja Siswa (LKS) dalam Lismawati (2010 :40) sebagai berikut:
Keunggulan media Lembar Kerja Siswa
Dari aspek penggunaan: merupakan media yang paling mudah. Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus.Dari aspek pengajaran: dibandingkan media pembelajaran jenis lain bisa dikatakan lebih unggul. Karena merupakan media yang canggih dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggu-nakan argumentasi yang realistis.Dari aspek kualitas penyampaian pesan pembelajaran yaitu mampu memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.Dari aspek ekonomi: secara ekonomis lebih murah dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya.
Kekurangan media Lembar Kerja Siswa
Tidak
mam pu mempresentasikan gerakan, pemaparan materi bersifat linear, tidak mampu
mempresentasikan kejadian secara berurutan.Sulit
memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahami
bagian-bagian tertentu.Sulit
memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan yang memiliki banyak
kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan
mendalam.Tidak
mengakomodasi siswa dengan kemampuan baca terbatas karena media ini ditulis
pada tingkat baca tertentu.Memerlukan
pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa
yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan
dalam memahami.Cenderung
digunakan sebagai hafalan. Ada sebagaian guru yang menuntut siswanya untuk
menghafal data, fakta dan angka.Tuntutan ini akan membatasi penggunaan hanya
untuk alat menghafal.Kadangkala
memuat terlalu banyak terminologi dan istilah sehingga dapat menyebabkan beban
kognitif yang besar kepada siswa. Presentasi
satu arah karena bahan ajar ini tidak interaktif sehingga cendrung digunakan
dengan pasif, tanpa pemahaman yang memadai.
5. Langkah-Langkah Penyusunan dan Penggunaan
Secara umum langkah-langkah menyusun Lembar
Kerja Siswa (LKS) dalam repository Universitas Pendidikan Indonesia (hal 16-
17) yaitu sebagai berikut :
Analisis
kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar.
Menyusun peta kebutuhan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Menentukan judul Lembar Kerja Siswa (LKS).
Penulisan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menyusun peta kebutuhan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Menentukan judul Lembar Kerja Siswa (LKS).
Penulisan Lembar Kerja Siswa (LKS)
o
Menentukan
rumusan Kompetensi Dasar dan Indikator dari pengembangan Silabus.
o
Menentukan
alat pemikiran.
o
Menyusun
materi sesuai dengan Indikator dari Kompetensi Dasar.
Dalam menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :
Lembar
Kerja Siswa disusun oleh guru mata pelajaran sehingga sesuai dengan tingkat
kesiapan, situasi, keadaan siswa dan keadaan sekolah.
Materi Lembar Kerja Siswa disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator.
Materi sesuai dengan standar materi belajar yang disusun secara baik sesuai dengan materi ajar.
Menentukan jenis atau macam Lembar Kerja Siswa agar penulisannya sesuai.
Guru memperkaya sumber sebanyak mungkin untuk memperkaya materi dalam pengajaran.
Membuat gambaran teknik pelaksanaan secara singkat.
Siswa secara efektif dijadikan subjek dalam proses belajar.
Waktu yang digunakan harus tepat.
Rangkaian pembelajaran siswa terangkai dengan baik.
Materi Lembar Kerja Siswa disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator.
Materi sesuai dengan standar materi belajar yang disusun secara baik sesuai dengan materi ajar.
Menentukan jenis atau macam Lembar Kerja Siswa agar penulisannya sesuai.
Guru memperkaya sumber sebanyak mungkin untuk memperkaya materi dalam pengajaran.
Membuat gambaran teknik pelaksanaan secara singkat.
Siswa secara efektif dijadikan subjek dalam proses belajar.
Waktu yang digunakan harus tepat.
Rangkaian pembelajaran siswa terangkai dengan baik.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat kami
simpulkan struktur Lembar Kerja sebagai berikut :
- Judul, mata pelajaran, semester, dan tempat
- Petunjuk belajar
- Kompetensi yang akan dicapai
- Indikator
- nformasi pendukung
- Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
- Penilaian
Selain itu LKS sebagai penunjang untuk
meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasil
belajar. Peran LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat untuk
memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada siswa. Penggunaan LKS
memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada siswa
yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan
masalah. (Dhari dan Haryono, 1988)Adapun bagi siswa penggunaan LKS menurut
Dhari dan Haryono (1988) bermanfaat untuk berikut ini. Meningkatkan
aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.Melatih
dan mengembangkan ketrampilan proses pada siswa sebagai dasar penerapan ilmu
pengetahuan.Membantu
memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan tersebut.Membantu
menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar
siswa secara sistematis.
Menurut Wandhiro (2011: 6) manfaat secara umum
dari penyusunan Lembar Kerja Siswa adalah sebagai berikut ini.
Membantu
guru dalam menyusun rencana pembelajaran.Mengaktifkan
peserta didik dalam proses belajar mengajar.Sebagai
pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang
dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistimatis.Membantu
peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang akan dipelajari melalui
kegiatan belajar.Membantu
peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui
kegiatan belajar secara sistematis.Melatih
peserta didik untuk menemukan dan mengembangka keterampilan proses, danMengaktifkan
peserta didik dalam mengembangkan konsep
Adapun manfaat secara khusus sebagai berikut ini.
Untuk tujuan latihan. Siswa diberikan
serangkaian tugas/aktivitas latihan. Lembar kerja seperti ini sering digunakan
untuk memotivasi siswa ketika sedang melakukan tugas latihan.Untuk menerangkan penerapan (aplikasi). Siswa
dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka
penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu. Hal ini bermanfaat ketika
kita menerangkan penyelesaian soal aplikasi yang memerlukan banyak langkah.
Lembaran kerja ini dapat digunakan sebagai pilihan lain dari metode tanya
jawab, dimana siswa dapat memeriksa sendiri jawaban pertanyaan itu.Untuk kegiatan penelitian. Siswa ditugaskan
untuk mengumpulkan data tertentu, kemudian menganalisis data tersebut. Misalnya dalam penelitian
statistika.Untuk penemuan. Dalam lembaran kerja ini siswa
dibimbing untuk menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi itu dan
kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu perkiraan. Hasilnya dapat
diperiksa dengan observasi dari contoh yang sederhana.
6. KESIMPULAN
- Kesimpulan silahkan oleh pembaca sendiri
- Namun kesimpulan penulis adalah bahwa telah terjadi eforia di bidang pendidikan dasar dan menengah di kota/kabupaten di Indonesia, sebab setiap kota dan kabupaten bikin menteri pendidikan sendiri yang menentukan apa yang harus di pelajari oleh murid ( disamping bisnis tentunya), tentu saja guru harus patuh sebab guru adalah anak buah dari pemda kota/kabupaten di Indonesia.
- Guru lebih takut kepada pemda kota dan kabupaten ketimbang kepada gubernur atau menteri pendidikan (sebab jadi anak buah pemda)
- Semua teori-teori kependidikan jadi bubar dengan adanya LKS
7. Sumber Tulisan
- Dari wawancara dan penelitian ke lapangan, wawancara dengan guru, koleksi LKS anak-anak dsb. Penulis juga bekerja di penerbitan/percetakan
- Sumber bacaan dari internet antara lain,
Penelitian tentang : Penggunaan Lembar Kerja Siswa Sebagai Sarana Bahan Ajar Pkn Di Sma Negeri 1 Mojosari Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto, oleh Ayu Maya Wulandari. Http://Karya-Ilmiah.Um.Ac.Id/Index.Php/Ppkn/Article/View/20323
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lembar Kerja Siswa· Oleh http://pridapurwoko.blogspot.com/2013/04/pengembangan-bahan-ajar-berbasis-lembar_30.html
http://www.adelia.web.id/isi-kurikulum-2013/
http://db.tt/CJw4WQjK
http://db.tt/OJ3ZZfEK
http://db.tt/2xTjREjT
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lembar Kerja Siswa· Oleh http://pridapurwoko.blogspot.com/2013/04/pengembangan-bahan-ajar-berbasis-lembar_30.html
http://www.adelia.web.id/isi-kurikulum-2013/
http://db.tt/CJw4WQjK
http://db.tt/OJ3ZZfEK
http://db.tt/2xTjREjT
Kurikulum 2006 memuat sejumlah permasalahan diantaranya:
- 1. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional;
- 2. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan;
- 3. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum;
- 4. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global;
- 5. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru;
- 6. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan
- 7. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.
- Alasan Pengembangan Kurikulum 2013 adalah,
- 1. Pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan.
- 2. Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.
- 3. Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest).
- 4. Yang keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.
2 comments:
Tulisan yg bagus...kalau kita cermati,sebenarnya penentu dipakai atau tidak adalah guru.Banyak guru yang memanfaatkn siswa sebagai pangsa pasar yg potensial dan tanpa modal dapat duit banyak.Diskon 30-40% justru bnyak dinikmati guru2 daripada penerbit.Penerbit bukanlah penolak kurikulum 2013.Perlu kebijakan dan sanksi tegas terhadap pelaku pendidikan dalam rangka memutus rantai bisnis guru dgn memanfaatkan murid sbgai obyek pasar.salam kenal.
Mantap.. Postingan yang luar biasa. mudah2an bagi kita yang membaca postingan ini bisa lebih memahami apa maksud dari Isinya :)
Dan memang sedang maraknya bisnis guru dikalangan siswa2nya dan bahkan memanfaatkan murid sebagai objek pasar, perlu diberikan kebijakan dan sanksi tegas bagi para pelaku pendidikan. Thanks
Post a Comment