Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis hal blog ini

Monday, March 7, 2011

Editorial Masalah Birokrat di Indonesia

Editorial : 7-3-2010





Artikel birokrat terpaksa dimuat pada laman tangible cultural heritage, karena erat kaitannya dengan topik bisnis bangunan heritage.

INDONESIA pada masa kolonial (Hindia-Belanda) pernah disebut dengan istilah beamb-tenstaat, yaitu sebuah ‘negara pejabat’ yang khas, yang dijalankan oleh kumpulan pegawai yang demikian besar lewat jaringan birokrasi yang sangat luas dan rumit. Oleh karena birokrasi di sini merupakan instrumen yang sangat penting dalam melaksanakan tuntutan kepentingan kolonial, maka hampir bisa dikatakan, bahwa semua kebijaksanaan pemerintah kolonial, sesuai dengan sifatnya, diarahkan pada pemenuhan tuntutan penguasa kolonial Belanda. Selama abad ke-19, dan terlebih lagi sejak awal abad ke-20, ‘Hindia-Belanda’ telah tumbuh menjadi suatu negara kolonial yang sempurna, dengan mengandalkan sistem birokrasi modern, sementara sebagian besar tenaga pegawainya didukung oleh orang-orang bumiputra. Agaknya memang benar, bahwa roda pemerintahan yang digerakkan dari Batavia [Jakarta] itu senantiasa menggelinding “bagaikan mesin-mesin pabrik yang siap memaksimalkan hasilnya”. Dan dengan itu pemerintah kolonial dapat mengharapkan koloninya menjadi wingewest (daerah untung) yang hasilnya diangkut ke ‘negeri induk’ (Holland).

No comments: