Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis hal blog ini

Wednesday, April 23, 2014

Buku "Capital in the Twenty-First Century" Thomas Piketty yang mengguncang Dunia

MENURUT Medan Post, (23 -04-14), seorang ekonom dan penulis buku Perancis,  Thomas Piketty menjadi tenar di seluruh dunia, karena karangannya yang kontroversial Capital in the Twenty-First Century. Buku ini laris sejak diterjemahkan ke bahasa Inggris dari versi aslinya yang berbahasa Perancis sebulan yang lalu, dan masuk jajaran terlaris di Amazon. com. 







Sumber foto:http://referentiel.nouvelobs.com/file/6369944-cet-economiste-qui-veut-instaurer-un-isf-mondial.jpg

Buku ini bahkan mengalahkan buku laris lainnya, seperti "Frozen", "Game of Thrones" dan "Heaven is for Real . Tulisannya ini menimbulkan  kontroversi  besar di Amerika Serikat (AS). Seperti dikutip dari AFP, Rabu (23/4), kontorvesi muncul setelah para pemimpin politik negeri Paman Sam tertarik membedah buku tersebut. Para pemimpin ini berdebat apakah kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin harus dibantu oleh aksi nyata para politisi. Atas kontroversi ini Piketty bahkan sampai diundang ke Gedung Putih dan bertemu langsung dengan Menteri Keuangan AS Jacob Lew pekan lalu. Lew adalah penasihat ekonomi terbaik bagi Presiden AS Barack Obama. banyak pihak beranggapan buku setebal 700 halaman ini termasuk salah satu buku ekonomi paling penting dalam beberapa tahun terakhir.


Atas bukunya ini, Piketty menelaah berdasarkan teori kapitalisme seperti: teori pertumbuhan ekonomi dan hubungannya dengan distribusi pendapatan. Tesis Pikettys yang penting adalah kenyataan bahwa terjadinya ketidaksetaraan yang tidak disengaja, tetapi hal itu lekat dan diperlukan oleh kaum kapitalisme; lebih lanjut adanya ketimpangan yang berlebihan dalam ekonomi kapitalis hanya dapat diselesaikan oleh membatasi kapitalisme.
Menurut Piketty Jika kapitalisme model itu  tetap dipertahankan dan tidak direformasi, akibatnya akan membahayakan tatanan demokrasi. Piketty menjelaskan penyebab ketidaksetaraan itu sebagai berikut yaitu dua penyebab utama meningkatnya ketimpangan.
  • Berpenghasilan tinggi (seperti manajer) yang menggunakan kekuasaan mereka untuk mendapatkan pendapatan tinggi.
  • Pendapatan dari pertumbuhan modal dalam kapitalisme, secara umum persentasenya lebih tinggi dari ekonomi secara keseluruhan.
Piketty menyimpulkan bahwa berdasarkan data dalam 20 tahun terakhir para orang kaya memupuk kekayaan sangat banyak berkat kebijakan pemerintah yang ada. Bahkan kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah juga makin membuat harta orang kaya bertambah banyak.

Setelah tahun 1975, terjadi peningkatan ketidaksetaraan dan kembalinya model ekonomi dunia kapitalis ke kapitalisme patrimonial. Dalam kapitalisme patrimonial, perekonomian didominasi oleh kekayaan warisan, sebagai hasilnya munculnya sebuah oligarki. Yaitu masyarakat kelas, di mana yang kuat adalah yang memiliki konsentrasi kekayaan, menumpuknya modal mereka, Piketty mengilustrasikan hal itu dengan memakai novel Honoré de Balzac, Jane Austen dan Henry James untuk membayangkan situasi itu.

Piketty menjelaskan bahwa ketidaksetaraan ini sebenarnya mengancam demokrasi dan dasar ekonomi masyarakat. Demokrasi pada dasarnya berada di bawah ancaman kerena adanya konsentrasi aset -- yang berarti juga konsentrasi kekuasaan-- dan akibatnya akan mengurangi partisipasi politik dan sosial dari mayoritas masyarakat. Dasar ekonomi masyarakat terancam, karena ada ketimpangan pendapatan dan khususnya ketidaksetaraan kekayaan. Kapitalis adalah pemenang di masa depan yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Piketty memprediksi bahwa kemajuan teknologi tidak mungkin lagi akan membawa kembali pertumbuhan seperti di abad ke-20.

Umumnya tema ketimpangan pertumbuhan sistemik Kapitalisme teori Piketty didasarkan pada analisis dari teori Thomas Malthus, David Ricardo, dan Karl Marx. Malthus melihat kelebihan penduduk sebagai masalah utama munculnya masyarakat kurang mampu, Ricardo melihat kontras antara pemilik tanah dan yang tidak memiliki lahan, sedangkan  Marx tentang pertentangan antara pemilik modal dan pekerja.

Namun seperti yang dikutip dari Wikipedia (2014) analisis ini tidak sepenuhnya akurat karena meremehkan pengaruh  kemajuan teknologi dan peningkatan kesejahteraan yang luas-- yang dapat mengimbangi konsentrasi kekayaan kapitalis itu. Artinya, tidak semua orang setuju atas teori ini, warga AS yang kolot misalnya menilai Piketty sebagai pendukung teori Marx yang baru. Bahkan salah satu surat kabar terkenal di AS menganggap buku Piketty sebagai khayalan 'visioner' dan menganggap bukunya itu 'hanyalah curahan ideologi aneh dan bukan sebuah buku analisis ekonomi'.

Bagaimana tindakan kaum kapitalis di Indonesia, apakah pemerintah bukan pro kelompok kapital dan AS? Coba simak cerita tentang "tembagapura". Coba simak pula banyak cerita sedih kaum buruh  Indonesia yang hanya menerima gaji 300 ribu rupiah perminggu. Bukankah sikap mereka (konglomerat) di media umumnya seperti “sinterklass”? Mereka diperlukan, banyak yang baik, tetapi lebih banyak yang buruk dan serakah. Bagaimana negara mengaturnya, jika mereka yang mengatur negara. Lihat saja pembakaran besar-besaran di Riau, yang dihukum hanya rakyat kecil. Apakah untuk maju dan modern Indonesia harus menjadi negara bagian dari Cina? Suatu hal yang ditakutkan oleh blok Barat.

Bacaan:

No comments: