Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis hal blog ini

Friday, November 18, 2011

Tarmizi dan Dukun

Editorial Tanggal 18 Nopember 2011


Tarmizi, adalah penulis utama dari blog tumbuhan obat dan sains yang sudah menulis sejak tahun 1993 di media massa. Diantaranya (1993-1997) adalah kantor berita antara, SK Pikiran Rakyat Bandung, Tabloit Paron, majalah Kopri, majalah Bina Diknakes, tabloid Nova dsb. Saat itu tidak seperti sekarang, semua tulisan asli karangan Tarmizi, karena belum ada internet, dimana orang dengan mudah menciplak tulisan orang lain, kemudian memasukkan pula kepada blognya. Jadi bagaimana Tarmizi membuat tulisan tentang tanaman obat ?

Diantaranya adalah dengan bertanya kepada dukun, salah satunya adalah nenek Tarmizi, yang di kampungnya berprofesi sebagai dukun atau tabib. Misalnya bagaimana sebuah resep obat, untuk hipertensi (tekanan darah tinggi), katanya buah nangka muda, sebesar lengan ( lebih kurang 30 cm), kupas kulitnya dan rebus tanpa garam. Kemudian dimakan sebagai lalap (kudapan), tidak berapa lama akan terasa efeknya. Apakah Tarmizi percaya saja terhadap keterangan dukun itu ? Sebetulnya dia tidak percaya begitu saja, oleh karena itu dia bertanya juga kepada orang yang sakit yang sama dengan resep obat yang sama, jika jawabannya sama maka diambil kesimpulan yang sama. Disamping itu, dia memiliki laboratorium kimia biologi, dan bacaan-bacaan lain sebagai pembanding. Tarmizi adalah laboran yang sekarang bekerja di laboratorium FPMIPA UNP Padang. Untuk melihat tulisan-tulisannya lihat blog tumbuhan obat dan sains. 

Uraian di atas sebenarnya ingin menjelaskan bahwa banyaknya peredaran tentang tanaman obat di media (internet), aslinya adalah pengetahuan tradisional yang dulunya di turunkan dari mulut ke mulut. Dahulu tulisan-tulisan seperti itu, hanya ada pada media cetak, dengan perjalanan waktu, tulisn-tulisan yang ada di majalah, atau koran itu kemudian di tulis lagi oleh berbagai penggemar blog untuk dimasukan ke blognya ( contoh lihat blog ini). Disamping itu sekarang sejatinya sudah diselidiki secara ilmiah dengan menggunakan laboratorium sebagai media penelitiannya. 

Indonesia memang kaya dengan tanaman obat yang dimiliki oleh negara lain, walaupun demikian memang ada pula tanaman obat Indonesia itu yang berasal dari negara lain, tetapi tidak dimanfaatkan dinegara itu sebagai tanaman obat, atau sebaliknya. Misalnya sekarang, kulit buah manggis sekarang sangat populer sebagai penangkis berbagai penyakit regeneratif. 

Bagaimana tanggapan orang-orang tentang kekayaan intelektual tradisional ini yang mesti dipelihara atau di jaga kelestariannya ? Memang ada undang-undang hak cipta yang seharusnya menjaga kekayaan intelektual ini, tetapi demi manfaat yang diperoleh sebesar-besarya untuk kesehatan manusia di dunia semua pihak berhak untuk mengutip dan menyebarkannya. 

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam penanama, pemeliharaan dan pemupukan tanaman jangan sesekali menggunakan pestisida (bahan kimia) sebab itu mengurangi manfaatnya, bahkan justru memberikan penyakit yang baru kepada pemakainya.

No comments: