Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis hal blog ini

Sunday, June 1, 2014

Jokowi orang Kristen ?

Diedit oleh: Nasbahry Couto


MENURUT Maulana, baik di sosial media maupun di lingkungan tertentu --sebagian besar dari mereka --memutuskan untuk mendukung Prabowo karena sentimen agama. Rumor bahwa Jokowi adalah Kristen dan orang tuanya adalah keturunan Tionghoa semakin menguatkan sentimen tersebut, walau tidak pernah diketahui secara pasti seberapa besar pengaruhnya. Masyarakat yang gampang terhasut dan enggan melakukan cek-recek informasi, dengan mudah termakan oleh rumor tersebut.


Sebaliknya Mereka yang melek informasi tahu bahwa Jokowi adalah seorang muslim. Orang tua dan semua adik-adiknya sudah berhaji. Kampanye hitam yang menyerang keislaman Jokowi menjadi bumerang ketika terungkap bahwa Ibu dari Prabowo beragama Kristen, begitu pula dengan kakak dan adiknya, semuanya beragama Kristen.
Adik prabowo, Hashim S. Djojohadikusumo, merupakan Ketua Dewan Pembina KIRA (Kristen Indonesia Raya), organisasi sayap Kristen partai GERINDRA (kepengurusan KIRA dapat dilihat pada situs resmi KIRA (klik ini) atau di http://www.kiragerindra.org/index.php/content/page/11)
Walau Jokowi terbukti seorang muslim, bagi sebagian muslim itu tidak cukup, karena di belakangnya ada PDIP. Penganut muslim banyak yang percaya bahwa, PDIP adalah partai Kristen, sehingga mendukung Jokowi sama saja dengan mendukung Kristen. Padahal kita semua tahu bahwa baik PDIP maupun GERINDRA, keduanya bukanlah partai Kristen.
Menurut Maulana dia tidak pernah menjadi simpatisan partai manapun. Dia malah cenderung apatis terhadap partai politik. Hal ini merupakan dampak dari kekecewaan Maulana terhadap tingkah-laku sebagian anggota DPR yang korup dan seringkali tidak berpihak pada rakyat. Jadi bagi Maulana sama saja, apakah itu partai Islam atau partai Nasionalis, semuanya bermasalah. Ketua Partai Demokrat tersangkut korupsi Hambalang, presiden PKS tersangkut korupsi sapi, ketua PPP tersangkut korupsi haji, ketua Partai Golkar tersangkut kasus lumpur Lapindo, ketua Partai Gerindra pernah dipecat dari TNI, dan sebagainya. Semua hal di atas bukanlah rumor, tapi fakta. Jadi tidak ada satu pun partai di Indonesia ini yang bebas dari masalah.
Menurut Maulana dia bukan fans-nya PDIP dan tidak pernah seumur hidup pun (sampai sekarang) menjadi simpatisan PDIP. Namun harus diakui secara objektif bahwa PDIP membuat terobosan baru dengan menghadirkan Ibu Risma di Surabaya (Menjadi Walikota Surabaya), Pak Ganjar Pranomo di Jawa Tengah (sebagai Gubernur Jawa Tengah), serta Pak Joko Widodo di Solo (Wali kota Solo) dan DKI (sebagai Gubernur DKI). Maulana berpandangan berikut ini.
"Saya bukan fans-nya PDIP dan tidak pernah seumur hidup pun (sampai sekarang) menjadi simpatisan PDIP. Namun harus saya akui secara objektif bahwa PDIP membuat terobosan baru dengan menghadirkan Ibu Risma di Surabaya (sebagai Walikota Surabaya), Pak Ganjar di Jawa Tengah, serta Pak Jokowi di Solo dan DKI. Saya juga mengapresiasi GERINDRA yang mengusung Ahok di DKI dan Ridwan Kamil di Bandung. Ketika PILKADA dan PILEG, saya tidak peduli dengan partai pengusungnya. Bagi saya semua partai politik sama bobroknya. Yang saya lihat adalah tokohnya. Karenanya di PILEG kemarin, tiga tokoh yang saya pilih untuk DPR, DPRD I dan DPRD II, berasal dari tiga partai yang berbeda."
Sebagian orang masih saja mempermasalahkan bahwa jika Jokowi menjadi presiden, maka Ahok yang diusung oleh GERINDRA di PILKADA DKI Jakarta akan menjadi gubernur. Padahal Ahok itu non-muslim dan keturunan Tionghoa.
Menurut Maulana, kalau Ahok  non-muslim dan keturunan Tionghoa memangnya kenapa? Sepanjang ia jujur, cerdas, tulus dan punya nyali untuk memberantas korupsi dan berbagai penyimpangan, kenapa harus dipermasalahkan agama dan keturunannya. 

Gubernur DKI sebelumnya tidak ada yang berani menyentuh Tanah Abang, tapi Ahok dengan keberaniannya membereskan Tanah Abang. DISKOTIK STADIUM di Jakarta sudah berdiri 16 tahun, dan menjadi sarang maksiat, transaksi seks dan narkoba, namun tidak ada satu pun gubernur Jakarta (yang notabene selalu muslim) yang berani menutupnya, bahkan seorang Gubernur Jakarta yang berlatar belakang jenderal militer sekalipun seperti Bang Yos. 

Tetapi Ahok, begitu mendapat mandat menjadi Plt Gubernur DKI, tanpa basa-basi langsung menutupnya. Jadi ketegasan itu tidak diukur dari apakah dia militer atau sipil; dan kejujuran juga tidak diukur dari apakah dia muslim atau bukan. Orang yang jujur, cerdas, tulus dan berani mati seperti Ahok ini yang kita perlukan untuk membenahi Jakarta. Tidak peduli apa agama dan etnisnya.
Menurut Maulana dia tidak pernah menjadi fans-nya ibu Megawati. Namun untuk PILPRES 2014 ini, kurang fair rasanya jika dia (Maulana) tidak memberikan apresiasi kepada Ibu Mega. Beliau adalah satu-satunya ketua partai yang tidak mencalonkan dirinya menjadi presiden. 

PDIP sering diidentikkan dengan keluarga Sukarno. Ibu Mega memiliki kesempatan dan kekuasaan untuk mencalonkan dirinya menjadi capres, namun dengan legowo ia serahkan posisi tersebut kepada Jokowi yang tidak ada hubungan darah sama sekali dengan keluarga Sukarno. Untuk menjaga keberlanjutan trah Sukarno, maka sangat logis jika Puan Maharani menjadi cawapres. Namun lagi-lagi dengan legowo, posisi cawapres diberikan kepada Jusuf Kalla, orang di luar PDIP. Dia (Maulana) sangat respek dengan sikap ibu Megawati tersebut, apalagi di tengah-tengah ambisi semua ketua partai politik yang berlomba-lomba ingin menjadi capres dan cawapres.

Maulana menjelaskan, ketika  diresmikan menjadi capres, Jokowi menegaskan bahwa tidak akan membagikan jatah kursi menteri dengan parpol koalisinya. Dia akan memilih sendiri menterinya dengan penilaian kapasitas dan kualitas. Bila ada yang ingin bergabung dengan koalisi PDIP, maka ia harus bergabung tanpa syarat, tanpa meminta jatah cawapres atau menteri. 
Kemudian terbukti bahwa baik ketua partai NASDEM, PKB maupun HANURA, tidak ada satupun yang menjadi cawapres. Jokowi membuktikan bahwa dirinya memiliki sikap tegas, karena tegas itu bukan diukur dari suara yang tinggi berapi-api, tapi dari keputusan yang tidak mengenal kompromi.
Tayangan METRO TV Tentang Jokowi-Prabowo
MataNajwa edisi “Jokowi atau Prabowo” yang ditayangkan METRO TV tanggal 28 Mei yang lalu membuka mata banyak orang tentang siapa orang-orang di balik Jokowi dan Prabowo. Sebagian kawan yang tadinya masih bingung, akhirnya menetapkan pilihan setelah melihat tayangan tersebut. Kubu Prabowo mengirimkan dua orang terbaiknya, Mahfud M.D. (Ketua Tim Pemenangan Prabowo – Hatta) dan Fadli Zon (Wakil Ketua Umum GERINDRA dan Sekretaris Tim Pemenangan Prabowo – Hatta). Tidak ada orang yang jabatannya lebih tinggi dari kedua orang ini di kubu Prabowo. Kehadiran mereka berdua dilengkapi oleh Ahmad Yani (Ketua DPP PPP).


Sementara kubu Jokowi diwakili oleh Anies Baswedan (Juru Bicara Tim Sukses Jokowi – JK), Maruarar Sirait (Ketua DPP PDIP), dan Adian Napitupulu (aktivis ’98 dan pendiri FORKOT). Bagi yang belum menonton, berikut link rekaman-nya: http://youtu.be/k-f7dEuydR0
 Banyak orang yang memuji Pak Anies Baswedan karena penuturannya yang sangat baik, santun dan sistematis. Namun bagi Maulana informasi yang paling krusial malam itu adalah pemaparan Pak Mahfud M.D. yang membeberkan secara blak-blakan bahwa ia memilih bergabung ke kubu Prabowo karena sakit hati dengan PKB dan Pak Muhaimin Iskandar. Keputusan ini memiliki beban psikologis yang sangat berat ujar Pak Mahfud, sampai ia harus mengalami pergolakan batin selama tiga hari tiga malam, bahkan sampai mengucurkan air mata. Berbeda sekali dengan Pak Anies Baswedan yang dengan sangat rileks mengatakan “simpel”, tidak ada beban moral sama sekali ketika memutuskan pilihan kepada Jokowi – JK.
Pak Mahfud yang lugu kemudian membuka rahasia koalisi bahwa Fadli Zon mengatakan kepada dirinya, sebenarnya dalam hatinya Fadli Zon ingin Pak Mahfud yang menjadi cawapres bukan Pak Hatta. Bagi Fadli Zon “rayuan gombal” semacam itu adalah praktek yang biasa, karenanya seringkali kata-katanya tidak bisa dipegang dan dipertanggungjawabkan. Menurut Maulana dia sangat bersimpati kepada Pak Mahmud yang lugu. Benar kata banyak orang, janganlah belanja dikala lapar. Janganlah membuat keputusan dikala sakit hati. Seperti dikatakannya.
"Hal lain yang santer dikampanyekan untuk menyerang Jokowi adalah ia pemimpin yang ingkar janji dan tidak jujur, karena belum dua tahun memimpin Jakarta sudah pergi mencalonkan menjadi presiden R.I. Sedangkal itukah definisi jujur dan ingkar janji? Sedangkal itukah kriteria yang kita gunakan dalam memilih calon presiden yang akan menentukan nasib 240 juta penduduk Indonesia? Fadli Zon yang selama ini sangat agresif menyerang Jokowi, tidak pernah bosan mengulang-ulang retorika “ingkar janji”.
Namun ketika Bang Ara  mengatakan, bahwa Fadli Zon dan partai Gerindra lah yang memboyong Jokowi dari Solo dan mencalonkannya menjadi gubernur DKI Jakarta padahal masa tugasnya sebagai walikota Solo masih tiga tahun lagi, Fadli Zon harus menelan ludahnya sendiri. Mengapa Fadli Zon, seringkali tidak bisa jujur terhadap kata-kata yang diucapkannya? Sebagian dari kita tentu masih ingat ketika Prabowo mengatakan bahwa Fadli Zon sangat cocok untuk menjadi menteri pendidikan (Kompas, 12 Juli 2013). Apa jadinya anak-anak kita nanti, jika menteri pendidikan-nya memiliki sifat dan watak seperti Fadli Zon? Maulana membayangkan menteri pendidikan itu seharusnya orangnya santun, cerdas, dan memiliki jiwa pendidik dan integritas moral yang tinggi seperti Pak Arief Rachman atau Pak Anies Baswedan.
Pak Jokowi tidak meninggalkan Jakarta. Tapi ia akan membangun Jakarta bukan dari balai kota, tapi dari istana negara. Seperti yang pernah beliau contohkan, untuk mengatasi macet di Jakarta, yang perlu dibangun bukan hanya di Jakarta saja, tapi harus disambungkan dengan Depok, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Gubernur Jakarta tidak bisa mengkoordinir itu semua, semua kepala daerah harus setuju dan menandatanganinya. Contoh kongkrit adalah otoritas transportasi Jabodetabek yang sudah hampir 1,5 tahun tapi tidak pernah selesai karena masalah wewenang dan koordinasi. Jika ia menjadi presiden maka segalanya akan jauh lebih mudah, karena semua kepala daerah berada di bawahnya.
Pada Pilkada kota Solo yang pertama Jokowi meraup 36,62% suara, dan didaulat menjadi walikota Solo selama lima tahun (2005 - 2010). Tahun 2010, ia mencalonkan kembali, dan meraup persentase suara sebesar 90,09%. Artinya Jokowi berhasil membuktikan kinerjanya di Solo, dan rakyat memilihnya kembali. Oleh karena itulah Fadli Zon dan partai Gerindra memboyong Jokowi ke Jakarta untuk dicalonkan menjadi Gubernur DKI walaupun masa baktinya masih tiga tahun lagi, karena urgensi Jakarta sebagai ibu kota lebih besar. Ketika itu, ia tidak pernah melabeli Jokowi dengan sebutan pemimpin ingkar janji.
Menurut Maulana dia ingin mengutip pesan Pak Anies Baswedan, “Kalau Anda ingin menjadi pemimpin, lakukan sesuatu bagi rakyat, lakukan kerja untuk masyarakat. Bukan semata-mata menggunakan dana untuk berkampanye dengan nilai yang fantastis. Dana yang sama bisa dilakukan untuk petani, nelayan, untuk pendidikan, daripada untuk beriklan selama bertahun-tahun. Kita membutuhkan orang yang bukan memburu kekuasaan. Berikan amanat itu justeru kepada orang yang tidak memburu amanat itu.”
Menurut Maulana dia tidak punya afiliasi dengan partai politik manapun. Dia juga bukan bagian dari tim sukses manapun. Sejujurnya dia (Maulana) ingin bergabung dengan tim relawan Jokowi, namun dalam kesibukannya yang cukup padat dalam 2 – 3 bulan ke depan membuat dia tidak bisa melakukannya. Namun demikian, mudah-mudahan tulisan sederhana ini bisa memberikan pencerahan bagi teman-teman yang masih galau dalam menentukan pilihannya.
Sebagian orang berkata percuma kita menulis, toh hasilnya tidak akan memiliki dampak apa-apa. Siapa sih yang akan baca tulisan kita, paling cuma segelintir orang dibanding jumlah pemilih yang hampir 185 juta orang. Walaupun prosentasenya hanya 1/1.000.000, namun dia tetap memilih untuk menulis. Karena walaupun amat sangat kecil, dia ingin ikut serta berkontribusi dalam membangun negeri ini. Maulana menulis semua ini atas inisiatif dan kesadaran pribadi, tanpa ada insentif sepeser pun dari pihak manapun.
Bagi yang merasa tulisan ini membawa manfaat, silahkan disebarkan. Tidak perlu minta ijin kepada Maulana. Mudah-mudahan PEMILU 2014 berjalan lancar dan damai, dan kita dikaruniai oleh Allah SWT pemimpin yang bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Amien.

Sebuah catatan:
Saya punya pengalaman buruk dengan bos saya yang katanya muslim taat, dia sudah duakali naik haji dan beberapa kali umroh. Bayangkan saja, dia memakai fasilitas negara seperti memanfaatkan pegawai, peralatan listrik, bahan dan alat serta pendanaan yang umumnya milik negara untuk keuntungan pribadi dia. 
Apa yang diperbuatnya ? Dia membuat kontrak fiktif, seakan-akan yang dikerjakan itu adalah oleh pihak luar (bukan dari fasilitas negara) dan uang itu masuk ke kantong pribadinya, demi ambisinya menjadi kaya. Kenapa kaya? bayangkan saja dia sudah punya ruko yang nilainya lebih dari 4 milyar, punya rumah dimana-mana dan perernakan, dan sebagainya. Yang menurut saya itu tidak mungkin di peroleh dari orang yang golongannya cuma III d atau IVa. Saya tidak dapat membahas orang ini lebih lanjut, nanti disangka dengki dan sebagainya. Tetapi mudah-mudahan pada suatu saat dia tidak berhubungan dengan KPK.

Pengalaman buruk menunjukkan kepada saya bahwa orang muslim di Indonesia itu ada dua macam, pertama yang memang baik, yang kedua adalah orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisinya. Yang terakhir ini yang membuat saya sempat sakit dan tak habis pikir, kenapa orang semacam ini banyak yang menjadi pemimpin di Indonesia, baik di level terendah maupun di level tertinggi, maupun di lingkungan terdekat saya.



Maulana M.Syuhada, adalah penulis, pemain bola, pemain angklung, guru tajwid amatir, dari Bandung

Penulis buku Maryam Menggugat ”.








Lihat Juga tulisan ini (Prabowo keturunan Yahudi?)

Lihat Juga Video ini.




Pembelaan Terhadap Prabowo
Oleh Irfi Aziz
Dari https://www.facebook.com/irfi.aziz?fref=hovercard

Irfi Aziz

Irfi Aziz adalah alumni ITB Bandung, Wiraswasta dan tinggal di kota Serang

Beredarnya video adik Prabowo Hasjim Djojohadikoesumo saat di Amerika, kemudian diartikan Prabowo pro Amerika , menurut  saya  tindakan orang panik  yang  sudah  tidak  punya bahan untuk kampanye menjelekkan Prabowo lagi . Hal  yang  sepele saja kalau Prabowo pro Amerika, kenapa sampai hari ini dia tidak bisa masuk amerika atau tidak diberi visa oleh amerika.

Hal kedua, cobalah cari di google atau berita dimana saja, pernah tidak  Prabowo bertemu Dubes atau petinggi Amerika, bandingkan dengan Jokowi seberapa sering dia bertemu dengan Dubes Amerika. Mengapa jadi sekarang kok dibalik-balik. Bagaimana hubungan James Riyadi , orang  yang  disebut-sebut sebagai bandar Jokowi dengan Bill Clinton? Siapa orang Indonesia  yang  ikut mendanai Bill Clinton?

Kemudian dalam hubungan keluarga, Hasjim itu pengusaha . Kalau Prabowo itu jadi pengusaha setelah pensiun, sedangkan Hasjim sejak tahun 1980-an sudah jadi pengusaha. Kebetulan usaha HAsjim itu berangkat atau basisnya pada perdagangan internasional imbal dagang barang. Apakah bisa Hasjim  yang  hanya pidato di luar negeri kemudian disamakan dengan sikap Prabowo. Apakah Probosoetedjo sama dengan Pak Harto? Apakah Rachmawati atau Guruh sama dengan Megawati? contoh saja Rachmawati sekarang dukung Prabowo, apakah bisa dikatakan Megawati juga dukung Prabowo? Apakah Gus Solah sama dengan Gus Dur? come on..mari kita berpikir waras jangan dibodohi antek-antek asing dan para agen Neoliberal dengan membolak-balikkan fakta dengan memutar video-video  yang  sama sekali  tidak  ada kaitannya dengan Prabowo.


Saya kasih lagi logika  yang  paling waras . Perusaahan Amerika (Yahudi) Roschild pernah mengajak Hasjim untuk mengambilalih perusahaan Bakrie, dalam sengketa Roscgild dengan Bakrie . Nah atas upaya keras Bakrie melawan Roscild, akhirya Roschild -- yang  memang  tidak  jadi kerjasama dengan Hasjim-- tidak berhasil mengambilalih perusahaan Bakrie. Hingga hari ini Roschlid jadi musuh bebuyutan Ical dan keluarganya.

Dulu waktu Prabowo belum koalisi dengan ARB (Ical), Hasjim juga diserang soal berita-berita bahwa dia sebetulnya Yahudi, karena pernah ada berita bahwa Hasjim kerjasama dengan Roschlid ..nah sekarang setelah Ical  yang  jadi musuh bebuyutan pengusaha Yahudi ke Prabowo...mau ngomong apa coba???? kalau mau jujur  yang  dulu menyerang Prabowo karena Hasjim pernah berhubungan dengan Roschild harusnya , harusnya ya ngomong kayak gini nih .."Prabowo melawan Yahudi" kan ada Ical  yang  menjadi musuh Roschlid.....eh nyatanya sekarang malah dibalik-balik. Dicari lagi video-video lama. 

Kalau Prabowo sampai SMA di Amerika, apakah berarti Pro Amerika , tentu ini juga pembodohan  yang  luar biasa. Lalu apa bedanya Jokowi  yang  sekolahin anak-anaknya dari SMP sampai Kuliah di luar negeri.

Kemudian baca status saya sebelumnya, bagaimana Prabowo menolak mentah-mentah IMF, bahkan dia  yang  hanya menantu Pak Harto sampai pergi ke Timur Tengah untuk mencari dana pengganti  yang  akan dipinjamkan IMF. Sayangnya Pak Harto tidak berdaya melawan IMF, hingga hancur ekonomi kita sampai saat ini. Dan ujungnya Pak Harto malah menuduhnya mantunya itu sebagai "pemberontak" karena  tidak  pro Amerika. Pak Harto bukan saja  yang  menelpon Habibie supaya memecat Prabowo, tapi Pak Harto juga  yang  menghendaki Prabowo  tidak  jadi menantunya!

Coba baca juga tulisan Hazmi Srondol, mengapa Prabowo hingga kini harus berdarah-darah -rugi ngak karu-karuan- untuk tetap mempertahankan PT Kiani Kertas (PT Kertas Nusantara), karena dari jaman Pak Harto lokasi  yang  sekarang jadi perusahaan kertas dan Pulp Prabowo itu (bereau -Kalimantan Timur) itu sudah lama di incar Amerika untuk dijadikan pangkalan perang Amerika. Bahkan salah satu penyebab jatuhnya Pak Harto, juga karena  tidak  memberikan tempat itu ke Amerika. Ada tiga lokasi  yang  dibidik Amerika, yaitu Bereau ( yang  sekarang jadi tempat usaha Prabowo itu), Papua, dan di Kepulauan Riau . 

Bagaimana Prabowo  yang  kehilagan segala-galanya karena melawan Amerika, kok bisa dikatakan Pro Amerika...ayolah kita bepikir cerdas. Oh ya tambahan informasi, tanyalah Pada Jenderal  yang  sekarang berdiri di belakang Jokowi siapa  yang  punya rumah di Amerika? Siapa  yang  belum lama ini bolak-balik ke Amerika rapat dengan Freeport  supaya   dapat saham Freport saat Freport memperpanjang kontraknya nanti?

Oh ya tambahan lagi, pernah suatu malam dalam diskusi panjang saya dengan Prabowo di rumahnya , dia mengatakan ...mengapa Amerika memusuhinya , dia mengatakan .."saya terlalu banyak tahu".....colek Susetyo Lit, dan  Budi Purnomo Karjodihardjo sebagai orang  yang  pernah dengar kalimat itu saat kami diskusi selama 12 jam, mungkin diskusi terlama sepanjang sejarah hidup kami.


Sumber: 

No comments: